Heroes Myspace Comments

Welcome to the Jungle

PRAPATAN SPS
Catatan Berkeliling Nusantara

LICHENS (LUMUT KERAK) 0

adhyws | Rabu, Juli 27, 2011 |

L
ichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan algae sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut kerak ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu.
Dalam hidupnya lichens tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichens yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali. Lichens menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol sinar terik matahari, mengusir atau menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi kompetisi dengan tumbuhan, dan lainnya. Diantaranya berbagai jenis pigmen dan antibiotik yang juga membuat lichens ini sangat berguna bagi manusia pada masyarakat tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna yang bervariasi seperti putih, hijau keabuabuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam.
Algae dan jamur bersimbiosis membentuk lichens baru jika bertemu jenis yang tepat. Dimana sedikit banyak berpengaruh, seperti jamur tidak bisa melakukan fotosintesis, kemampuan ini secara alami dilakukan secara bebas oleh algae. Lichens biasanya ditemukan disekitar lingkungan dimana organisme lain tidak dapat tumbuh dan mereka berhasil membuat suatu koloni pada lingkungan tersebut yang dikarenakan oleh hubungan mutualisme antara algae dengan jamur.
Para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai pengelompokan atau klasifikasi lichens dalam dunia tumbuhan. Ada yang berpendapat bahwa lichens dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi kebanyakan ahli berpedapat bahwa lichens perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi golongan tersendiri. Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena jamur yang membangun tubuh lichens tidak akan membentuk tubuh lichens tanpa algae. Hal lain didukung oleh karena adanya zat-zat hasil metabolisme yang tidak ditemui pada algae dan jamur yang hidup terpisah.
Bentuk dari lichens biasanya dapat dideterminasi dengan melihat sel jamurnya saja, dan sebagian besar jenis jamur dapat membentuk asosiasi dengan lichens. Keanekaragaman dari tipe algae lebih sedikit, dan banyak dari tipe lichens mungkin mempunyai komponen algae yang sama. Beberapa lichens terdiri dari sianobakteri termasuk dalamalgae yang berfungsi sebagai komponen fototropik. Algae atau sianobakteri biasanya ada pada lapisan yang berbeda pada struktur lichens.
            Jamur sangat jelas mendapatkan keuntungan, tetapi apa keuntungan yang didapatkan algae?. Jamur dipastikan menyediakan tempat untuk algae tumbuh yang terlindung dari erosi oleh hujan dan angin. Sebagai tambahan, jamur memfasilitasi algae untuk menarik dan menyerap air dari batu atau substrat lain dan kebutuhan nutrient anorganik esensial lainnya untuk pertumbuhan algae dimana lichens hidup. Asam lichens merupakan senyawa organik komplek yang dihasilkan oleh jamur, dalam bentuk nutrient yang tidak larut dan chelation. Kegunaan jamur lainnya adalah melindungi algae dari kekeringan; sebagian besar tempat hidup lichens adalah tempat hidup yang kering (batu, tanah, atap rumah, dan jamur pada umumnya lebih baik mentolerir kondisi kekurangan air daripada algae.
Sebagian besar lichens tumbuh secara ekstrim lambat – untuk tumbuh 2 cm saja, lichens yang tumbuh pada batu bisa menempuh waktu bertahun-tahun. Pengukuran pertumbuhan lichens, berkisar antara 1 mm per tahun tetapi tidak lebih 3 cm/tahun tergantung dari organisme yang bersimbiosis, banyaknya hujan yang turun dan sinar matahari yang didapat, dan cuaca pada umumnya. Walaupun lichens hidup tumbuh dialam pada kondisi yang tidak menguntungkan, lichens sangat sensitif terhadap pencemaran udara dan cepat menghilang pada daerah yang mempunyai kadar polusi udara yang berat. Salah satu yang menyebabkan ini terjadi lichens dapat menyerap dan mengendapkan mineral dari air hujan dan udara dan tidak dapat mengeluarkannya sehingga konsentrasi senyawa yang mematikan seperti SO2 sangat mudah masuk. 

MORFOLOGI THALLUS

A.           Morfologi Luar
Tubuh lichens dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan algae dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi.
Bagian tubuh yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichens. Algae selalu berada pada bagian permukaan dari thallus. Berdasarkan bentuknya lichens dibedakan atas empat bentuk :
a.              Crustose
Lichens yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.
      
Haematomma accolens                   Acarospora

Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut leprose.
Caloplaca luteominea subspesies bolanderi (lichen endolitik)
b.             Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobuslobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichens ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dan lainnya.
           
Xantoria elegans                                 Physcia aipolia
            
            Peltigera malacea                                Parmelia sulcata

c.              Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah. Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia.
                       
Usnea longissima          Cladonia perforate          Ramalina stenospora

d.             Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.
               
    Psora pseudorusselli                           Cladonia carneola

B.            Morfologi dalam (Anatomi)
Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu :
-                 Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.
-                 Daerah algae, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
-                 Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
-                 Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichens tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi.
Struktur melintang lichens Crustose
Struktur melintang lichens Foliose

Dari potongan melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel algae dan rhizines coklat bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang mengandung spora jamur.
Potongan melintang Physcia sp.

C.           Struktur Vegetatif
Struktur tubuh lichens secara vegetatif terdiri dari :
-                 Soredia. Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit. Diameternya sekitar 25–100 μm, sehingga soredia dapat dengan mudah diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini terdapat di dalam soralum. Potongan Lobaria pulmonaria. Bagian hitam yang membengkak disebut cephalodium dan struktur bentuk mahkota adalah soralium dengan bentuk bola kecil soredia di atasnya. Lapisan hijau adalah koloni algae.
Cephalodium (tanda panah) dan Soredium.

-                 Isidia. Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada kulit luar. Diamaternya 0,01–0,03 μm dan tingginya antara 0,5–3 μm. Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya. Sebanyak 25–30% dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetatpi dianggap sebagai faktor genetika.
-                 Lobula. Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichens yang sering dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan isidia.
-                 Rhizines. Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dan mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak bercabang terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
-                 Tomentum. Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.
-                 Cilia. Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara tumbuh saja.
-                 Cyphellae dan Pseudocyphellae. Cypellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan hanya dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae mempunyai ukuran yang lebih kecil dari cyphellae yaitu sekittar 1 μm dan terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia, Parmelia dan Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau pertukaran udara.
-                 Cephalodia. Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari algae-algae yang berbeda dari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera, Lecanora, Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.

KLASIFIKASI LICHENS

Lichens sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari algae dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichens dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichens dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari algae dan fungi.
Lichens memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut :


1.       Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya
A.           Ascolichens
-                Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
-                Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichens membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam kelas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen algae dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin.
Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dan lainnya.
B.            Basidiolichens
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan algae Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
C.            Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dan lainnya.
2.       Berdasarkan algae yang menyusun thalus
A.           Homoimerus
Sel algae dan hifa jamur tersebar merata pada thallus. Komponen algae mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe, Collema.


Collema coccophorum

B.            Heteromerous
Sel algae terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, algae tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia
3.       Berdasarkan type thallus dan kejadiannya
A.         Crustose atau Crustaceous.
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit kayu. Mereka terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan atas dan bawah.
   Rhizocarpon geographicum            Lecanora argopholis
B.            Fruticose atau filamentous.
Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa bagian menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga tipis yaitu Ramalina. Bentuk panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria. Cladonia adalah tipe antara kedua bentuk itu.
          
      Alectoria samentosa                           Cladonia cornuta
Secara umum Taksonomi lichens menurut Misra dan Agrawal (1978) adalah sebagai berikut :
Kelas   Ascolichens
Ordo    Lecanorales
Famili  Lichinaceae, Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae, Perltigeraceae, Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae, Gyalectaceae, Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae, Lecanoraceae, Parmeliaceae, Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.
Ordo    Sphariales
Famili  Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae
Ordo    Caliciales
Famili Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae
Ordo    Myrangiales
Famili  Arthoniaceae, Myrangiaceae
Ordo    Pleosporales
Famili Arthopyreniaceae
Ordo    Hysteriales
Famili Lecanactidaceae, Opegraphaceae, Rocellaceae
Kelas   Basidiolichens
Famili  Herpothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae, Thelolomataceae.
Klas     Lichens Imperfect
Genus Cystocoleus, Lepraria, Lichenothrix, Racodium.

PERKEMBANGBIAKAN LICHENS
Perkembangbiakan lichens melalui tiga cara, yaitu :
A.           Secara Vegetatif
ü   Fragmentasi. Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose lichens, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichens yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.
ü   Isidia. Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
ü   Soredia. Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichens baru. Lichens yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.

B.            Secara Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual disebut pycnidiospores.
Pycnidiospores berukuran kecil, sporanya yang tidak motil, dan diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan algae yang sesuai terjadi perkembangan menjadi lichens yang baru.

C.           Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichens hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichens.

KEGUNAAN EKONOMI LICHENS

Lichens memiliki bermacam-macam kegunaan dan bahaya, antara lain :
A.           Lichens sebagai bahan makanan
Thallus dari lichens belum digunakan sebagai sumber makanan secara luas, karena lichens memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat menimbulkan gatal-gatal, khususnya asam fumarprotocetraric. Asam ini harus dibuang terlebh dahulu dengan merebusnya dalam soda. Tanaman ini mempunyai nilai, walaupun tidak sama dengan makanan dari biji-bijian. Pada saat makanan sulit didapat, orang-orang menggunakan lichens sebagai sumber karbohidrat dengan mencampurnya dengan tepung. Di Jepang disebut Iwatake, dimana Umbilicaria dari jenis foliose lichens digoreng atau dimakan mentah.
Lichens juga dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti siput, serangga, rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis lichens sebagai sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak dimakan adalah Cladina stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan lichens dari jenis Lobaria linita.
          
Umbilicaria americana           Cladina stellaris                        Lobaria linita

B.            Lichens sebagai obat-obatan
Pada abad pertengahan lichens banyak digunakan oleh ahli pengobatan. Lobaria pulmonaria digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena Lobaria dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain itu lichens juga digunakan sebagai ekspektoran dan obat liver. Sampai sekarang penggunaan lichens sebagai obat-obatan masih ada.
Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan sebagai obat luka dan terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat dalam ekstrak spesis Usnea) saat ini telah digunakan pada salep antibiotik, deodoran dan herbal tincture. Spesies Usnea juga digunakan dalam pengobatan Cina, pengobatan homeopathic, obat tradisional di kepulauan Pasifik, Selandia Baru dan lain benua selain Australia. Banyak jenis lichens telah digunakan sebagai obat-obatan, diperkirakan sekitar 50% dari semua spesies lichens memiliki sifat antibiotik. Penelitian bahan obat-obatan dari lichens terus berkembang terutama di Jepang.
                   
      Lobaria pulmonaria                                  Usnea filipendula

C.            Lichens sebagai antibiotik
Substrat dari lichens yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai antibiotik yang ampu menghalangi pertumbuhan Mycobacterium. Cara ini telah digunakan secara komersil. Salah satu sumber dari asam usnat ini adalah Cladonia dan antibiotik ini terbukti ampuh dari penisilin. Selain asam usnat terdapat juga zat lain seperti sodium usnat, yang terbukti ampuh melawan kanker tomat. Virus tembakau dapat dibendung dan dicegah oleh ekstrak lichens yaitu : lecanoric, psoromic dan asam usnat.

D.           Lichens yang berbahaya
Pigmen kuning yang berasal dari jenis Usnea dan Everia dapat menyebabkan alergi pada kulit dan menyebabkan gatal-gatal. Abu soredia yang melekat pada kulit akan menimbulkan rasa gatal. Lichen serigala atau Letharia vulpina adalah lichen beracun. Dari namanya menggambarkan kegunaannya secara tradisional di bagian utara Eropa sebagai racun untuk serigala. Bangsa Achomawi menggunakannya (kadang-kadang dicampur dengan bisa ular) untuk membuat panah beracun. Walaupun demikian, suku Blackfoot dan Okanagan-Colville memakai Letharia sebagai teh obat.

E.            Kegunaan lain dari lichen
Dari hasil ekstraksi Everina, Parmelia, dan Ramalina diperoleh minyak. Beberapa di antaranya digunakan untuk sabun mandi dan parfum. Di Mesir digunakan sebagai bahan pembungkus mummi dan campuran buat pipa cangklong untuk merokok, khususnya Parmelia audina yang mengandung asam lecanoric. Ekstrak lichens dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna untuk mencelup bahan tekstil. Bahan pewarna di ekstrak dengan cara merebus lichens dalam air, dan sebagian jenis lain diekstrak dengan cara fermentasi lichens dalam amonia. Parmelia sulcata digunakan untuk pewarna wol di Amerika Utara.
Evernia prunastri yang tumbuh di ranting pohon oak di
Utara California. Spesies ini diproduksi secara komersial
di Eropa dan dikirim ke Perancis untuk industri parfum.


DAFTAR PUSTAKA

Bold, H.C., C.J. Alexopoulus, T. Delevoryas, 1987. Morphology of Plants and
Fungi. Fifth edition. Harper and Row Publishers. New York.

Duta, A.C. 1968. Botany for Degree Stuudens. Oxford University Press. Bombay-Calcuta-Madras.

Misra, A. ,R.P. Agrawal. 1978. Lichens (A Preliminary Text). Oxford and IBH
Publishing Co. New York-Bombay-Calcuta.

Sharnoff. S. D. 2002. Lichen Biology And The Environment The Special Biology Of Lichens. http:/ www.lichen.com.

_________________. Lichens And Wildlife. http://www.lichen.com

_________________. Lichens And People. For a Bibliographical Database of the Human Uses of Lichens. http://www.lichen.com

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.  Yogyakarta.


jamur (fungi) 0

adhyws | Senin, Juli 25, 2011 |

Merupakan tumbuhan uniseluler, multiseluler,aseluler,tidak berklorofil dan terdiri atas hifa(filamen/benang yang bercabang).

Hidup sebagai :
Saprofit (memanfaatkan substrat mati sebagai sumber makanan).contoh :
Jamur kuping hitam

pleurotus ostreatus

Simbion (menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan organime lain.
Parasit (mendapatkan seluruh atau sebagian nutrisi dari inangnyatanpa memberikan manfaat pada inangnya/ nutrisi yang dibutuhkannya masih dibutuhkan individu lain.
Contoh : Phytophtora infestan

Ilmu yang mempelajari jamur adalah mikologi. Nama lain jamur adalah kapang,mold,buluk,ragi
Peranan jamur ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.
Thalus/tubuh : berupa benang filamen kecil dan bercabang ke seluruh permukaan substrat (micelium satu benang hypha).
Bentuk benang : silindris,tipis,transparan,bersepta/tidak, berdinding jelas, pada yang memiliki septa nucleus tersebar dimana.hypha yang berinti banyak coenocyte.

Mycelia fungi yang parasit tumbuh pada permukaan / masuk kedalam tubuh host menangkap makanan melalui alat haustorium.bisa berbentuk tonjolan, memanjang, dan bercabang.

Reproduksi
1. Aseksual bisa dilakukan dengan fragmentasi, membelah bertunas, zoospora, konidiospora.Fragmentasi      adalah dengan cara hyha membentuk konidia, arthrosora, chlamydospora(sel  diselubungi oleh gel tebal). Budding(tonjolan kecil). Sora yaitu ujung hyoha pada beberapa jamur dapat menggelembung dan merupakan suatu wadah (sporangium) dan sporanya disebut sporangiosore sedangkan tangkai sporangiumnya disebut sporangiopore. Sporangium membentuk zoospora dan aplanospora.
2. Seksual memiliki spermagonium dan oogonium (gametangium). plasmogami yaitu persatuan 2 protolas dan karyogami yaitu persatuan 2 inti.
Alat pembiak afalah gametangium yang akan menghasilkan gamet.
Gamet ada beberapa macam
1. Isogamet : gamet yang secara morfologi tak bisa dibedakan antara gametangium jantan dan betina.
2. Heterogamet : gamet yang daat dibedakan bentuk dan ukurannya.
Menurut klasifikasi mutakhir (Alexopoulus dan Mims,  1979) Fungi atau Myteaceae dalam kedudukan regnum dipecah menjadi tiga divisi utama, yaitu
1. Gymnomycotadihutan basah
Terdiri dari 3 kelas :
    a. Acrasiomycetes
    b. Protosteliomycetes
    c. Mycomycetes
2. Mastigomycota
dicirikan dengan adanya thalus
3. Amastigomycota


http://myco-cheype.chez-alice.fr/classification/Aphyllophorales/Aphyllophorales.htm



Jamur  telah dikenal luas masyarakat sebagai salah satu tanaman yang dapat dikonsumsi maupun dimanfaatkan sebagai obat, tetapi ada beberapa spesies jamur yang  memang tidak layak dikonsumsi karena racun yang dikandungnya. Tempat hidup jamur sering kita jumpai pada tempat-tempat yang lembab dan saat musim penghujan. Jamur biasa tumbuh pada kayu-kayu yang telah lapuk, serasah, jerami, dan bahan organik yang lainnya. Umur hidup jamur tidaklah lama, pada musim kemarau jamur sulit ditemukan kecuali pada lantai-lantai hutan yang iklim mikronya masih sangat bagus. 
Tidak semua orang mengetahui manfaat jamur karena masih terdapat banyak sekali jenis jamur yang belum teridentifikasi hingga saat ini. Jamur dapat dimanfaatkan survivor sebagai bahan makanan guna mengisi kebutuhan tubuhnya, hendaknya jamur yang ditemukan dan akan dikonsumsi oleh survivor tetap dimasak terlebih dahulu. Menggenai jamur pada lembar ini tidak akan dibahas lebih mendalam karena tema kita bukan untuk tujuan konservasi.



Pada umumnya jamur beracun memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Mempunyai tudung dengan warna yang menyolok, seperti : merah darah, hitam legam, biru tua, ataupun warna-warni lainnya;
  2. Menghasilkan bau busuk yang menusuk hidung, seperti telur busuk H2S ataupun bau amoniak;
  3. Mempunyai cincin atau cawan, akan tetapi ada juga jamur yang mempunyai cincin tetapi tidak beracun seperti jamur merang dan jamur kompos;
  4. Umumnya tumbuh pada tempat-tempat yang kotor seperti tempat pembuangan sampah dan kotoran hewan;
  5. Apabila jamur beracun tersebut dikerat dengan pisau yang terbuat dari perak maka pisau tersebut akan berwarna hitam atau biru;
  6. Apabila dimasak cepat sekali berubah warna dari warna putih menjadi gelap.

Bagian-bagian jamur
Tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian-bagian yang dinamakan  tudung/cap(pileus), bilah (lamellae), kumpulan bilah (gills), cincin(annulus/ring),  batang/tangkai(stipe), cawan(volva) dan  sisik(scale). 



Divisi emycophyta (jamur benar)

   Ciri umum
1. dinding sel jelas pada masa vegetatif
2. thalus berbentuk
     a. filamen(benang) berinti banyak, tidak mempunyai dinding melintang.
     b. Terdiri sebuah sel dengan sebuah inti, mempunyai dinding melintang
     c. Filamen pendek memilki Rhizoid untuk melekat
3. Habitat saprofit, parasit, memiliki haustoria
4. Habitatnya di air, tanah dan udara

Pembiakan secara seksual
1. Plasmogami
2. Kaaryogami
Pembiakan secara aseksual
secara vegetatif dan pembentukan spora
1. Sporangiospora
2. Konidiospora
3. Klamidospora
4. Arthospora


Berikut beberapa contoh  jenis dan ciri jamur yang tidak boleh dikonsumsi:


Amanita
Tempat habitatnya: tumbuh liar di hutan, tegalan dan pekarangan, ditemukan di antara jatuhan daun atau pada tanah humus. Biasanya, racun yang terkandung pada amanita digunakan untuk meracuni ujung tombak atau senjata tajam lainnya

 Amanita Spisa, ciri-ciri: tubuh buah seperti payung, dengan tudung berwarna coklat tua dengan bintik-bintik putih, tidak memiliki cincin, tidak memiliki cawan.









 Amanita muscaria, ciri-ciri: tubuh buah seperti payung, dengan tudung berwarna merah dengan bintik-bintik putih, tak ber cincin, tidak memiliki cawan.











 Amanita Umbrina, ciri-ciri: tubuh buah menggulung, dengan tudung berwarna coklat muda sampai kuning, batang tidak jelas.











Boletus
Tempat habitatnya : tumbuh liar di hutan di antara jatuhan daun atau tanah berhumus, di pinggir kebun dan pekarangan rumah. 
Ciri-ciri : Tubuh buah menyerupai payung, tudung tebal dan bulat, batang berwarna (kecoklat-coklatan, kehitam-hitaman), tudung berwarna (coklat tua, kuning, atau coklat kekuning-kuningan), tidak bersisik, tidak bercincin dan tidak memiliki cawan.


Coprinus
Tempat habitatnya: tumbuh liar di tempat penggilingan padi dan di bawah pohon pisang.
Ciri-ciri: :Apabila masih muda tudung berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, putih kebiru-biruan atau putih gelap, keseluruhan bagian tubuh maupun batang memiliki sisik, tidak bercincin, tidak bercawan,  apabila sudah tua tudungnya cepat hancur dan mengeluarkan cairan yang berwarna biru atau violet.



Cortinarius
Tempat habitatnya: tumbuh liar, banyak ditemukan di tumpukan daun dan tanah yang berhumus.

Ciri-ciri:tubuh buah berbentuk payung dengan batang berwarna (putih kekuning-kuningan, putih kebiru-biruan atau putih gelap),  tudung berwarna (putih kecoklatan, violet, biru atau kuning), tidak memiliki cincin, tidak memiliki bercak.

Lactarius
Tempat habitatnya: tumbuh liar di hutan, kebun dan di pekarangan rumah.
Ciri-ciri : tubuh buah berbentuk payung terbuka ke atas, berbatang tebal, berwarna (coklat muda,kekuning-kuningan, coklat putih serta biru muda dengan bintik hitam atau garis-garis memanjang), tudung berwarna seperti batang, kadang-kadang disertai garis melingkar di atasnya, tidak memiliki cawan, tidak bercincin, tidak berbercak dan tidak bersisik.



Lepiota
Tempat habitatnya: tumbuh liar dimana-mana.
Ciri-Ciri: warna tudung kecoklat-coklatan, memiliki cincin, bersisik dengan warna cokelat tua pada keseluruhan tubuhnya, bentuk seperti Amanita tetapi lepiota mempunyai sifat racun yang sangat tinggi.

   




Morchella
Tempat habitatnya:- tumbuh liar pada timbunan daun atau menempel pada batang yang telah lapuk.
Ciri-ciri : tudung berbentuk payung tertutup, dengan tudung berwarna kuning tua, tidak memiliki cincin,  batang putih kekuning-kuningan tanpa sisik yang jelas dan tidak memiliki cawan.

 


Pholiota
Tempat habitatnya: tumbuh liar diantara timbunan daun yang berjatuhan atau menempel pada kayu yang telah lapuk.
Ciri-ciri: tudung buah mempunyai bentuk seperti payung dengan warna batang putih, kekuning-kuningan atau kuning dan ada kalanya kecoklat-coklatan dengan warna tudung sama seperti warna batang, tidak memiliki cincin, memiliki sisik pasa batangnya dan tidak memiliki cawan, biasanya hidup berkelompok.


Phallus
Tempat habitatnya:  tumbuh liar pada tanah yang berhumus, lembab atau terlindung dari cahaya matahari.
Ciri-ciri : tudung tertutup dengan warna sisik kuning atau hijau, batang putih kotor dan bersisik, mempunyai cawan, tidak bercincin, serta menyerupai bentuk alat kelamin pria.




Psalliota
Tempat habitatnya: tumbuh liar ditanah yang banyak mengandung humus
Ciri-ciri: batang panjang berwarna (putih atau coklat muda), batang dan tudung bersisik kasar, tudung berwarna kuning kecoklatan atau kuning kehitaman, tidak memiliki cincin maupun cawan.




Russula
Tempat habitatnya : tumbuh liar pada timbunan daun terutama di kawasan hutan.
Ciri-ciri : batang berwarna (putih, kebiru-biruan, hijau, kuning, ungu), tudung berwarna (biasanya tidak berbeda dengan warna batang), tidak memiliki sisik, tidak bercincin dan tidak bercawan.




Polyporus
Tempat habitatnya : tumbuh liar, menempel pada batang kayu yang mati atau lapuk sedikit ditemukan pada permukaan tanah.
 Polyporus Ciri-ciri : tudung melebar berwarna (coklat, kuning, kehijauan ataupun merah), batang tidak jelas, tudung melebar kesamping, tudung tidak bersisisk.
 Polyporus brumalis Ciri-ciri : tudung melebar berwarna (coklat, kuning, kehijauan ataupun merah), batang tidak jelas, tudung melebar kesamping, tudung bersisik lembut.
 Polyporus squamosus Ciri-ciri : tudung melebar berwarna (coklat, kuning, kehijauan ataupun merah), batang tidak jelas, tudung melebar kesamping, tudung bersisik kasar.













Kingdom: Fungi
Division: Basidiomycota
Class: Agaricomycetes
Order: Phallales
Family: Phallaceae
Genus: Aseroe
Species: Aseroe rubra
(Labill., 1800)

sumber : http://www.mushroomexpert.com/

      Merupakan jamur yang dijumpai di Kareumbi, dibawah kanopi tumbuhan  Mimosaceae, berwarna orange, memiliki cawan dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

Sebenarnya tidak ada resep yang pasti untuk mengenal jamur yang beracun dengan yang dapat dimakan kecuali pengetahuan yang tepat terhadap tanda-tanda pengenal dan yang membedakannya, karena warna suatu jamur tidak menunjukkan sifat dapat dimakan atau tidaknya. 


Ternyata jamur jenis Knollenblaetterpilze dan Amanita phaloides tidak menunjukkan pewarnaan pada perak baik di gosok maupun dimasak bersamaan. Untuk jamur beracun jenis lain masih dapat merubah warna perak menjadi hitam karena sulfida ataupun perak menjadi kebiruan karena sianida yang terkandung pada jamur-jamur beracun lainnya.
Ciri-ciri jamur yang dapat dijadikan sebagai patokan adalah ketika jamur telah berkembang penuh, dan untuk jamur muda sebaiknya kita ekstra hati-hati, karena ciri-ciri sepenuhnya belum dapat dilihat. Setiap jamur yang tumbuh berdekatan belum tentu merupakan jenis yang sama. Jamur yang dimakan ulat/bekicot juga belum tentu merupakan jamur yang tidak mengandung racun. Pada beberapa jamur, aroma jamur merupakan salah satu ciri-ciri yang penting.

Maaf, jika terdapat banyak kekurangan dalam penulisan mengenai jamur kali ini. Tetapi bagaimanapun semoga materi  di atas dapat dijadikan referensi yang membuat anda lebih siap dalam menghadapi Survival yang nyatanya dapat anda hadapi setiap saat.



Daftar Referensi:
Ir. Elis Nina Herliyana, jamur yang dapat dimakan sebagai komponen ekosistem hutan, dan petunjuk memburu jamur untuk pemula.

SEE MY VIDEO'S IN " of primitif guard indonesian"


 
Prapatan SPS Copyright © 2010 Prozine Theme is Designed by Lasantha Home | RSS Feed | Comment RSS