KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena, atas
berkat dan kehendak-Nyalah makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulisan
makalah yang bertema Reduce, Rejuice and Recycling melalui Pembuatan Pupuk
Kompos memiliki tujuan untuk menerapkan ilmu biologi dan kimia dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu makalah
ini juga bertujuan untuk memaparkan
bagaimana cara mengolah sampah organik.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menemukan
banyak kesulitan, terutama keterbatasan mengenai penguasaan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK). Tetapi berkat bimbingan yang diberikan oleh berbagai
pihak akhirnya penulis pun dapat menyelesaikan makalah ini. Karena itu penulis
turut mengucapkan terima kasih kepada :
Semua pihak yang turut serta dalam pembuatan makalah
ini.
Sebagai pelajar, penulis menyadarai bahwa
pengetahuan yang dimiliki masih terbatas
sehingga dalam karya ilmiah ini masih ditemukan banyak kekurangan. Maka, kritik
dan saran dirasakan sangat dibutuhkan untuk kemajuan penulis di masa yang akan
datang.
Penulis
berharap, agar dengan adanya makalah ini tidak hanya sebagai bagian dari tugas
akhir pembelajaran ilmu kimia dasar, melainkan juga dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak tertentu.
Bandung, 10 Mei 2011
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................
4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................. 5
B. Perumusan Masalah........................................................ 5
C. Tujuan Penelitian............................................................. 5
D. Metode
Penelitian............................................................ 6
E. Hipotesis............................................................................ 6
F. Waktu dan Lokasi
Penelitian.......................................... 6
G.
Sistematika Penulisan...................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 8
BAB III REDUCE,REJUICE
AND RECYCLING MELALUI PEMBUATAN
PUPUK KOMPOS
A.
Komposisi Sampah……………………………………. 9
B. Pengelolaan Sampah………………………………….. 9
C. Alat dan Bahan................................................................ 12
D. Langkah
– Langkah Pembuatan Kompos…………… 15
E.
Faktor yang mempengaruhi proses Pengomposan.... 16
F.
Mutu
kompos…………………………………………… 17
G.
Manfaat
Kompos……………………………………….. 18
BAB IV KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan……………………………………………… 19
B.
Saran……………………………………………………... 19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 20
BIODATA…………………………………………………………………… 21
BAB 1
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Melihat
keadaan lingkungan kita yang setiap hari dipermasalahkan oleh samapah yang
semakin menggunung seolah sampah ini menjadi masalah atau momok utama yang
dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat.
Sehingga
masyarakat di beberapa Negara bahkan diseluruh dunia berlomba-lomba
menyelesaikan hal tersebut. Jika kita berbicara tentang permasalahan sampah
ini, sebenarnya sampah ini banyak sekali manfaatnya antara lain dapat membuat
pupuk organik. Walaupun ada yang merugikan antara lain menyebabkan kerugian
yang berdampak berbahaya sekali bagi kehidupan makhluk hidup di dunia.
Sebenarnya
banyak sekali cara untuk menangani masalah sampah ini contohnya dengan cara
daur ulang yang bisa menghasilkan KOMPOS alami yang bias dimanfaatkan oleh para
petani dan masyarakat, dengan cara itu pula para petani bisa meminimaliskan
penggunaan pupuk anorganik. Karena dengan pupuk anorganik itu bisa membuat
kerusakan lingkungan antara lain pencemaran di dalam air dan tanah.
- Perumusan Masalah
Dengan
melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah yang dapat
penulis rumuskan dan akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini adalah:
- Bagaimana cara pengolahan sampah anorganik menjadi
barang ekonomis?
- Apa manfaat dari pupuk kompos?
- Proses kimia dan biologis apa yang terdapat
didalamnya?
- Tujuan Penelitian
Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas Kimia Dasar mengenai makalah yang bertemakan “ reduce,
rejuice,& recycle, yang diharapkan dapat bermanfaat dalam kehidupan manusia
dan mempermudah bagaimana cara memanfaatkan sampah dengan baik dan benar.
Secara
terperinci, tujuan dari penelitian dan penulisan karya ilmiah ini adalah :
1.
Mengetahui sampai mana pengetahuan
senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam sampah.
2.
Mengetahui bagaimana cara mengolah sampah.
3.
Mengetahui langkah - langkah pembuatan pupuk
kompos.
4.
Mengetahui dan menemukan manfaat kompos.
- Metode Penelitian
Untuk
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode
observasi, praktek langsung dilapangan (arboretum unpad) dan browsing di internet. Adapun teknik-teknik
yang dipergunakan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
- Studi Literatur
Pada
metode ini penulis membaca literature-literatur yang berhubungan dengan penulisan
karya ilmiah
- Teknik Pengamatan Langsung
Pada
teknik ini penulis terjun langsung kedalam proses pengolahan sampah.
- Hipotesis
Dengan
mengolah sampah organik kita dapat mengurangi,mengolah kembali dan memanfaatkan
sesuatu yang tidak terpakai menjadi terpakai kembali
- Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu
yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah sekitar 1 bulan 2 minggu,
tepatnya selesai pada tanggal 5 Mei 2011 dan mengambil lokasi di wilayah
Arboretum Unpad. Kegiatan ini diawali dengan perumusan masalah, pengumpulan
data, pengolahan data, kegiatan lapangan, pengamatan hingga penulisan hasil
penelitian.
- Sistematika Penulisan
Pada makalah
ini terdapat tiga bab, yaitu Bab I, Bab II, Bab III. Dalam bab yang pertama
terdapat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode
penelitian, hipotesis, dan sistematika penulisan. Sementara dalam bab kedua
terdapat deskripsi umum dari kompos.
Dan
pada bab ketiga terdapat paparan mengenai pengertian sampah, komposisi sampah, pengelolaan sampah, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
kompos, langkah – langkah pembuatan kompos, faktor yang mempengaruhi proses pengomposan, mutu kompos, dan manfaat kompos. Kemudian pada bab yang
terakhir terdapat kesimpulan dari seluruh isi karya ilmiah serta saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
Sampah adalah semua material yang dibuang
dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian.
Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal
dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous).
Soewedo
(1983) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari
kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang
biologis.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan
aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah
mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai
BAB
III
REDUCE,REJUICE
AND RECYCLE
MELALUI
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
A. Komposisi Sampah
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Sampah Organik, yaitu
sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan
sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2. Sampah Anorganik,
yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus
makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku
dijual untuk dijadikan produk lainnya (produk daur ulang). Beberapa
sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan,
botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran,
HVS, maupun karton;
Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak
adalah sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
B. Pengelolaan Sampah
Agar
pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan,
maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan
sampah. Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit dan semakin
dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah
dan baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit.
Tahapan
Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah:
a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah
dari Sumbernya
Kegiatan
ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan
anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap
kawasan yang sering dikunjungi wisatawan.
b. Pemanfaatan Kembali
Kegiatan
pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:
1). Pemanfaatan sampah organik, seperti composting
(pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk
kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata.
2). Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan
kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari
barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali
secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik,
kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.
c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir
Sisa
sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting
maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai ± 10%, harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah
Akhir (TPA). Di Indonesia, pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab
masing-masing Pemda.
Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa
sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar ±
10%. Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan sampah
bagi pengelola kawasan wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk
lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh
banyak pemerintah daerah.
Mengapa
kita harus mengolah sampah?
Sampah,
khususnya di daerah perkotaan sering menjadi masalah. Timbunan sampah yang
dihasilkan terus bertambah seiring dengan bertambahnya penduduk kota. Sehari
setiap warga kota menghasilkan rata-rata 900 gram, dengan komposisi, 70% sampah
organik dan 30% sampah anorganik. Yang dimaksud sampah organik adalah sampah
yang berasal dari benda hidup, seperti sisa makanan, sisa sayuran, ikan,
buah-buah, daun, ranting, ampas kelapa dsbnya. Sedangkan yang termasuk sampah
anorganik adalah, plastik, kaleng, besi, plastik air kemasan, plastik sisa
sampo, kaca, kain perca dsbnya.
Sebagian besar sampah di kota dibuang ke TPA. Namun pengolahan di TPA yang sebagian besar dengan sistem open dumping, justru sering menimbulkan masalah, mulai dari masalah kesehatan, pencemaran udara, air, tanah sampai masalah estetika. Beberapa kajian membuktikan, penangganan sampah dengan cara seperti itu akan menghasilkan gas polutan seperti methan, H2S dan NH3. Gas H2S dan NH3 yang dihasilkan, walaupun jumlahnya sedikit, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak.
Sebagian besar sampah di kota dibuang ke TPA. Namun pengolahan di TPA yang sebagian besar dengan sistem open dumping, justru sering menimbulkan masalah, mulai dari masalah kesehatan, pencemaran udara, air, tanah sampai masalah estetika. Beberapa kajian membuktikan, penangganan sampah dengan cara seperti itu akan menghasilkan gas polutan seperti methan, H2S dan NH3. Gas H2S dan NH3 yang dihasilkan, walaupun jumlahnya sedikit, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak.
Sementara
itu, masih banyak warga kota yang membuang sampah di sembarang tempat, misalnya
sungai, saluran drainase atau rawa-rawa. Akibatnya sampah akan menyumbat
saluran sehingga menyebabkan banjir. Di sisi kesehatan tumpukan sampah tersebut
akan menjadi salah satu sumber penularan penyakit seperti disentri, kolera, pes
dsbnya.
Selain
itu ternyata tidak sedikit warga kota yang menanggani sampah dengan cara
dibakar. Cara-cara seperti justru dapat menimbulkan masalah serius. Karena
sampah yang dibakar akan menghasilkan zat atau gas polutan yang tidak hanya
berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya langsung terhadap manusia.
Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran sampah dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, pemicu kanker (karsiogenik) bahkan kematian.
Sebagai
gambaran, pembakaran 1 ton sampah akan menghasilkan 30 kg gas CO, Gas yang jika
dihirup akan berikatan sangat kuat dengan hemoglobin darah sehingga dapat
menyebabkan tubuh orang menghirup akan akan kekurangan O2 dan menimbulkan
kematian. Pembakaran sampah organik juga akan menghasilkan gas methana.
Membakar potongan kayu akan menghasilkan senyawa formaldehida yang
mengakibatkan kanker. Sampah organik yang masih agak basah seperti daun,
ranting, batang, sisa sayuran atau buah jika dibakar tidak akan semua terbakar
dan menghasilkan partikel-partikel padat yang akan beterbangan. Satu ton sampah
organik akan menghasilkan 9 kg partikel padat yang mengandung senyawa
hidrokarbon berbahaya. Salah satu diantaranya adalah benopirena. Menurut
beberapa kajian diketahui asap dari pembakaran sampah mengandung benzopirena
350 kali lebih besar dari asap rokok.
Di
sisi lain, tidak semua sampah jika dibuang ke alam akan mudah hancur. Butuh
waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang puluhan tahun baru bisa hancur. Akibatnya
jika volume sampah yang dihasilkan warga kota banyak dan lama hancur, maka akan
dibutuhkan lahan yang luas untuk TPA. Sebagai gambaran, Kertas jika dibuang ke
alam butuh waktu 2,5 bulan untuk bisa hancur, Kardus butuh 5 bulan, kulit jeruk
6 bulan, busa sabun (Deterjen) baru bisa terurai setelah 20-25 tahun, sepatu
kulit yang dibuang ke halaman baru bisa hancur setelah 20-40 tahun, kain nilon
30-40 tahun, plastik 50-80 tahun dan aluminium 80-100 tahun. Sementara itu ada
satu jenis sampah yang tidak bisa hancur sampai kapan pun, yaitu strefom.
Keberadaan
warga miskin di kota seringkali menjadi kambing hitam karena dituding sebagai
penyebab kota kotor dengan sampah. Padahal faktanya banyak perumahan atau
kampung orang kaya yang justru menjadi sumber sampah utama di perkotaan. Dan
tidak sedikit pemulung yang kerap dimasukkan sebagai bagian dari warga miskin
kota yang justru “mengolah” sampah di kota sehingga mengurangi jumlah sampah
yang dibuang ke TPA.
C. Alat dan Bahan
Pengomposan secara anaerobik
Peralatan yang dibutuhkan dalam
pengomposan secara anaerobik terdiri dari peralatan untuk penanganan bahan dan
peralatan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Berikut
disajikan peralatan yang digunakan.
1.
Wadah atau plastik
Þ
Sebagai
tempat atau wadah selama proses pembuatan kompos.
2. Sekop
Þ
Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas
lainnya
3. Garpu/cangkrang
Þ
Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan
dan pemilahan sampah
4.
Saringan/ayakan
Þ
Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar
diperoleh ukuran yang sesuai
Þ
Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos
yang diinginkan
Þ
Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan
atau saringan putar
5. Termometer
Þ
Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
Þ
Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur
termometer ke bagian dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat
Þ
Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan
air raksa) agar tidak mencemari kompos jika termometer pecah
6. Timbangan
Þ
Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai
berat yang diinginkan
Þ
Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
penimbangan dan pengemasan
7. Sepatu boot
Þ
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama
bekerja agar terhindar dari bahan-bahan berbahaya
8. Sarung tangan
Þ
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama
melakukan pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan
tangan
9. Masker
Þ
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari
debu dan gas bahan terbang lainnya
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos ini adalah
1. Seresah daun pisang dan sejenisnya
2. Kotoran kambing dan air kencing kelinci sabagai enzim
aktivatornya
Tabel Organisme Yang Membantu Pembuatan Kompos
Kelompok Organisme
|
Organisme
|
Jumlah/gr kompos
|
Mikroflora
|
Bakteri; Aktinomicetes; Kapang
|
109 - 109; 105 108;
104 - 106
|
Mikrofanuna
|
Protozoa
|
104 - 105
|
Makroflora
|
Jamur tingkat tinggi
|
|
Makrofauna
|
Cacing tanah, rayap, semut, kutu, dll
|
Teknologi pengomposan sampah sangat
beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik,
dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah
banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec,
ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM
(Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos
(vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling
banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak
membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh
mikroorganisme
di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara
anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam
mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini
merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian
di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah
pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah
di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta
mengurangi penggunaan pupuk
berbahaya.
Bahan baku pengomposan adalah semua
material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan,
sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.
D. Langkah – Langkah
Pembuatan Kompos
Cara pembuatan kompos dari sampah organik:
1. Sediakan lahan sekitar 1 x 1 m sebagai
tempatnya.
2. Potong kecil-kecil sampah tersebut atau
seresah tersebut agar mudah bakteri dalam mendegradasaikan sampah tersebut.
3. Lalu sisa sayuran, sisa makanan dan
seresah ditumpuk di atas tanah itu.
4. Seresah / potongan sampah itu disiram
dengan starter (campuran air kencing kelinci dangan kotoran kambing). Lalu
tumpuk lagi dengan seresah dan siram kembali dengan starter begitu seterusnya
sehingga semua bahan habis.
5. Tutup
tumpukan sampah tersebut dengan terpal/plastik hitam sehingga tidak ada
udara yang keluar masuk plastik/terpal.
6. Pada minggu pertama atau kedua diamkan
kompos tersebut lalu dicek apa yang terjadi.Biasanya tumpukan kompos menjadi
hangat karena proses pendegradasianya sedang terjadi.
7. Catat suhu yang terjadi didalamnya dengan
menggunakan termometer
8. Bila Kompos kering maka basahi dengan
starter yang dibuat kembali. Dan aduk kotoran tersebut hingga rata dan tutup
kembali.
9. Setelah beberapa minggu dilakukan hal yang
sama maka akan terjadi penyusutan kotoran.
Tanda-tanda pengomposan sudah selesai yaitu campuran
menjadi hitam dan tidak bau.
10. Keringkan kompos dan saring dangan ayakan
sehingga terbentuk kompos yang lembut.
Kompos tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk tanaman, media tanam di rumah sendiri atau jika dijual bisa menjadi
sumber penghasilan tambahan.
E. Faktor
yang mempengaruhi proses Pengomposan
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses
pengomposan antara lain:
Rasio C/N : Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1
hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N
untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan
cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu
tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi
berjalan lambat.
Ukuran Partikel Aktivitas antara mikroba dengan bahan mempercepat proses
degradasi. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan
(porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi. Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob
yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.
Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.
Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen
untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan
oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat
penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh
pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila
bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran
optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas
mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban
15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi
anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan
langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi
temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula
proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian
mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu
yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih
gulma.
pH Proses
pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk
proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya
berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan
pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan
asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman),
sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan
meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang
biasanya mendekati netral.
Proses Kimia
Proses Biologi
F. Mutu kompos
Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
Þ
Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan
warna tanah,
Þ
Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos
dapat membentuk suspensi,
Þ
Nisbah C/N
sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya,
G. Manfaat Kompos
Kompos memiliki banyak manfaat yang
ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1.
Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.
Mengurangi volume/ukuran limbah
3.
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan
asalnya
Aspek Lingkungan :
1.
Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2.
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1.
Meningkatkan kesuburan tanah
2.
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3.
Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4.
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5.
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan
jumlah panen)
6.
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7.
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8.
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Selain bernilai positif, penggunaan kompos juga
mempunyai
pengaruh yang negatif atau merugikan. Penggunaan kompos yang belum
matang akan menyebabkan dekomposisi pada kondisi anaerobik. Hal
tersebut akan menghasilkan senyawa fitotoksik dari asam-asam organik,
amoniak, nitrit-nitrogen, besi, dan mangan. Untuk mengatasi hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah memenuhi standar
yang telah ditentukan.
pengaruh yang negatif atau merugikan. Penggunaan kompos yang belum
matang akan menyebabkan dekomposisi pada kondisi anaerobik. Hal
tersebut akan menghasilkan senyawa fitotoksik dari asam-asam organik,
amoniak, nitrit-nitrogen, besi, dan mangan. Untuk mengatasi hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah memenuhi standar
yang telah ditentukan.
Salah satu kriteria mutu
kompos yang baik adalah nisbah C/N.
30:1) pada kompos yang belum matang.Nisbah C/N yang tinggi (
menyebabkan dekomposisi yang lambat dan menghambat pertumbuhan
tanaman karena kekurangan nitrogen tersedia. Sedangkan nisbah C/N yang
15:1) menyebabkan nitrat-N yang dapat mengurangi mutu<rendah (
tanaman pertanian atau perkolasi ke dalam suplai air. Rasio C/N kompos
yang matang menurut MSW sekitar 20. Mutu kompos tidak hanya ditentukan
oleh kematangan kompos tersebut dan kandungan haranya tetapi juga
ditentukan oleh kandungan polutan terutama logam berat dan bahan kimia
organik seperti pestisida. Penggunaan kompos yang tercemar oleh bahan-
bahan polutan dalam waktu yang lama akan menyebabkan terakumulasinya
bahan pencemar tersebut dalam tanah. Akumulasi bahan polutan tersebut
akan menyebabkan toksik bagi tanaman, atau juga diambil dan diserap oleh
tanaman lalu dikonsumsi oleh hewan atau manusia sehingga bersifat toksik
juga pada hewan atau manusia yang mengkosumsinya. Logam berat yang
merupakan polutan bagi tanaman, hewan dan kesehatan manusia antara
lain arsenik (As), boron (B), kadminium (Cd), kuprum (Cu), merkuri (Hg),
molibdenum (Mo), nikel (Ni), plumbum (Pb), selenium (Se), dan seng (Zn).
Namun demikian banyak negara telah membuat standar untuk kandungan
logam berat ini kecuali untuk boron, molibdenum, dan selenium.
Beberapa bahan yang dapat dikomposkan dapat merupakan
masalah bagi kesehatan manusia. Kebanyakan sisa-sisa organik dari
manusia dan hewan mengandung berbagai macam mikroorganisme
patogenik. Namun demikian jika dalam proses pengomposan mengikuti
proses produksi yang aman untuk pengomposan, hal tersebut dapat
dicegah. Penggunaan suhu 55oC selama 2-3 hari pada waktu pengomposan
dapat mematikan mikroorganisme yang patogen tersebut.
Dalam pembuatan vermikompos, masalah yang sering timbul adalah
bau busuk disebabkan terlalu banyak hijauan di dalam kotak, terutama
terlalu banyak nitrogen yang bercampur dengan hidrogen dan membentuk
amoniak. Untuk menetralkan bau ini, dapat ditambahkan sejumlah bahan
karbon lalu dicampur. Karbon akan menyerap nitrogen dan membentuk
campuran yang tidak berbau. Kertas dan daun kering merupakan sumber
karbon yang bagus. Penambahan karbon terlalu banyak menyebabkan
proses dekomposisi lambat.
30:1) pada kompos yang belum matang.Nisbah C/N yang tinggi (
menyebabkan dekomposisi yang lambat dan menghambat pertumbuhan
tanaman karena kekurangan nitrogen tersedia. Sedangkan nisbah C/N yang
15:1) menyebabkan nitrat-N yang dapat mengurangi mutu<rendah (
tanaman pertanian atau perkolasi ke dalam suplai air. Rasio C/N kompos
yang matang menurut MSW sekitar 20. Mutu kompos tidak hanya ditentukan
oleh kematangan kompos tersebut dan kandungan haranya tetapi juga
ditentukan oleh kandungan polutan terutama logam berat dan bahan kimia
organik seperti pestisida. Penggunaan kompos yang tercemar oleh bahan-
bahan polutan dalam waktu yang lama akan menyebabkan terakumulasinya
bahan pencemar tersebut dalam tanah. Akumulasi bahan polutan tersebut
akan menyebabkan toksik bagi tanaman, atau juga diambil dan diserap oleh
tanaman lalu dikonsumsi oleh hewan atau manusia sehingga bersifat toksik
juga pada hewan atau manusia yang mengkosumsinya. Logam berat yang
merupakan polutan bagi tanaman, hewan dan kesehatan manusia antara
lain arsenik (As), boron (B), kadminium (Cd), kuprum (Cu), merkuri (Hg),
molibdenum (Mo), nikel (Ni), plumbum (Pb), selenium (Se), dan seng (Zn).
Namun demikian banyak negara telah membuat standar untuk kandungan
logam berat ini kecuali untuk boron, molibdenum, dan selenium.
Beberapa bahan yang dapat dikomposkan dapat merupakan
masalah bagi kesehatan manusia. Kebanyakan sisa-sisa organik dari
manusia dan hewan mengandung berbagai macam mikroorganisme
patogenik. Namun demikian jika dalam proses pengomposan mengikuti
proses produksi yang aman untuk pengomposan, hal tersebut dapat
dicegah. Penggunaan suhu 55oC selama 2-3 hari pada waktu pengomposan
dapat mematikan mikroorganisme yang patogen tersebut.
Dalam pembuatan vermikompos, masalah yang sering timbul adalah
bau busuk disebabkan terlalu banyak hijauan di dalam kotak, terutama
terlalu banyak nitrogen yang bercampur dengan hidrogen dan membentuk
amoniak. Untuk menetralkan bau ini, dapat ditambahkan sejumlah bahan
karbon lalu dicampur. Karbon akan menyerap nitrogen dan membentuk
campuran yang tidak berbau. Kertas dan daun kering merupakan sumber
karbon yang bagus. Penambahan karbon terlalu banyak menyebabkan
proses dekomposisi lambat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
dalam makalah ini, kesimpulan penulis
adalah sebagai berikut :
1.
Dengan
pembuatan kompos dapat membantu mengurangi limbah yang tidak terpakai yakni
dengan cara mendaur ulang sisa-sisa kotoran yang tidak terpakai.
2.
Pembuatan
kompos dapat membantu proses penggemburan tanah.
B. Saran
Berdasarkan
pembahasan tersebut saran penulis adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai
penerus bangsa, seorang pelajar sebaiknya mampu memanfaatkan sampah organik
untuk menghasilkan barang ekonomis.
2.
Perlunya
publikasi untuk mencanangkan pentingnya pengolahan sampah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
http://www.dephut.go.id
http://www.bppt.go.id
http://uplink.or.id
http://lingkunganku.multiply.com
http://matoa.org
http://www.kimia-lipi.net
http://id.wikipedia.org
http :// adesahy.blogspot.com
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui,
didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah
merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah
mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada
dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai
akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu
diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Sumber Bahan Organik
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar,
batang, ranting,
daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbonmerupakan
penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk
senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan-
bahan pektin danlignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak
terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel
mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah.
Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan
bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik,
tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih
dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah
menyumbangkan pula bahan organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari
jaringan asli juga dapat berasal dari bagian batuan.
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang
disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau
susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis
tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi
yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah,
curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan
tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan
binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan
sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar
75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari
susunan unsur karbonmerupakan
bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu
masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur
hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
Humus
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli
berupa tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami
serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber
energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang
dilakukan oleh jasad mikro disebut humus.Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai
terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang
kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang
yang telah terdekomposisikan.
Humus merupakan bentuk bahan organik yang
lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan organik banyak terakumulasi dalam
tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap
durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai
liat, yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan
kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan
bentuknya).
Humus merupakan senyawa rumit yang agak
tahan lapuk (resisten), berwarna coklat, amorf, bersifat koloidal dan berasal
dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah diubah atau dibentuk oleh berbagai
jasad mikro. Humus tidaklah resisten sama sekali terhadap
kerja bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabial terjadi perubahan regim
suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya humuspada
tanah sangat membantu mengurangi pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah,
dalam hal ini humus merangsang granulasi agregat tanah.
Kemampuan humus menahan air dan ion hara melebihi
kemampuan liat. Tinggi daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat
tingginya kapasitas tukar kation dari humus,
karena humus mempunyai beberapa gugus yang aktif
terutama gugus karboksil. Dengan sifat demikian keberadaan humus dalam tanah akan membantu meningkatkan
produktivitas tanah.
Sifat dan Ciri Humus
• Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.
• Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
• Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
• Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
• Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat dan membantu granulasi agregat tanah.
• Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
• Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
• Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K.
1. Merupakan sumber energi jasad mikro.
2. Memberikan warna gelap pada tanah.
• Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.
• Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
• Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
• Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
• Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat dan membantu granulasi agregat tanah.
• Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
• Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
• Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K.
1. Merupakan sumber energi jasad mikro.
2. Memberikan warna gelap pada tanah.
Faktor yang Mempengaruhi Bahan
Organik Tanah
Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik
dan nitrogen tanah, faktoryang penting adalah kedalaman
tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.
Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas.
Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas.
Faktor iklim yang
berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar bahan
organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N
bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila
kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu
menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.
Tekstur tanah juga cukup berperan,
makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik dan N tanah,
bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik
sehingga bahan organik cepat habis.
Pada tanah dengan drainase buruk,
dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal
ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase
baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga
mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan
padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar
menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).
Peranan Bahan Organik Bagi Tanah
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan
tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan
sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan
organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam
pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap
agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang
tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan
air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap
air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula
dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas)
bertambah akibat terbentuknya agregat.
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat
Fisika Tanah
• Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat
dikaitkan dengan sifat polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang
selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik. Air tanah
mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman di atasnya. Kadar air optimal
bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5 bar/ atmosfer.
• Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan energi radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu tanah.
• Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
• Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.
Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung melalui mekanisme:
• Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.
• Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah.
• Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang.
• Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan ikatan hidrogen.
• Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.
• Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan energi radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu tanah.
• Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
• Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.
Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung melalui mekanisme:
• Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.
• Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah.
• Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang.
• Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan ikatan hidrogen.
• Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat
Kimia Tanah
Meningkatkan daya jerap dan
kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation
(KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan
kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid
mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral.
Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik
akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan
unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat
menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah
kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
Unsur N,P,S diikat dalam bentuk
organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian,
kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil dimana biasanya
ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air sehingga pada
periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang tersimpan
dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga dilepaskan oleh proses
mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius seperti yang terjadi
pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen tersedia stabil pada
level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan kelebihan. Bahan organik
berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil mineralisasi
oleh mikroorganisme. Mineralisasi merupakan lawan kata dari immobilisasi.
Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada
bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium
atau nitrit. Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman.
Meningkatkan kation yang mudah
dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus.
Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara dengan
adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat
dalam bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan
mengekstraksi unsur hara dari batuan mineral. Mempengaruhi kemasaman atau pH.
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, hal
ini bergantung pada jenis tanah dan bahan organik yang ditambahkan. Penurunan
pH tanah akibat penambahan bahan organik dapat terjadi karena dekomposisi bahan
organik yang banyak menghasilkan asam-asam dominan. Sedangkan kenaikan pH
akibat penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana kandungan
aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai
senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi .
Peranan bahan organik terhadap
perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi
bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi
kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman
atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan
biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu
tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari
karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan
mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat
Biologi Tanah
Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara
umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas
mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi
mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling
berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik
menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh.
Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.
Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.
Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman
Bahan organik memainkan beberapa
peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang
tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan
kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung
terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan
sifat dan ciri tanah.
Pengaruh Langsung Bahan Organik pada
Tanaman
Melalui penelitian ditemukan bahwa
beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap langsung dari bahan organik dan
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Dulu dianggap orang bahwa hanya asam
amino, alanin, dan glisin yang diserap tanaman. Serapan senyawa N tersebut
ternyata relatif rendah daripada bentuk N lainnya. Tidak dapat disangkal lagi
bahwa bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan vitamin serta pada
waktu-waktu tertentu dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro.
Bahan organik ini merupakan sumber
nutrien inorganik bagi tanaman. Jadi tingkat pertumbuhan tanaman untuk periode
yang lama sebanding dengan suplai nutrien organik dan inorganik. Hal ini
mengindikasikan bahwa peranan langsung utama bahan organik adalah untuk
menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam tanah akan
menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan,
sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh para petani
dapat dikurangi kuantitasnya karena tumbuhan sudah mendapatkan unsur-unsur hara
dari bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi
tanaman meningkat apabila pememukaan tanah dilindungi dengan bahan organik.
Pengaruh Tidak Langsung Bahan
Organik pada Tanaman
Sumbangan bahan organik terhadap
pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan
biologis dari tanah. Bahan organik tanah mempengaruhi sebagian besar proses
fisika, biologi dan kimia dalam tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di
dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam
mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik
di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.
Hal ini akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Besarnya pengaruh ini
bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama lingkungan. Sehubungan
dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus maka dapat
dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah.
Peranan tidak langsung bahan organik bagi tanaman meliputi :
• Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik
dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air karena bahan organik, terutama
yang telah menjadi humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air
2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, maka bahan organik
terutama yang sudah menjadi humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan
air.
• Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur tersebut dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
• Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
• Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan memberikan struktur remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan. Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.
• Mengurangi erosi
• Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
• Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat terpenuhi dengan baik.
• Meningkatkan efisiensi pemupukan
• Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur tersebut dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
• Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
• Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan memberikan struktur remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan. Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.
• Mengurangi erosi
• Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
• Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat terpenuhi dengan baik.
• Meningkatkan efisiensi pemupukan
Secara umum, pemberian bahan organik
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Demikian pula dengan
peranannya dalam menanggulangi erosi dan produktivitas lahan. Penambahan bahan
organik akan lebih baik jika diiringi dengan pola penanaman yang sesuai,
misalnya dengan pola tanaman sela pada sistem tumpangsari. Pengelolaan tanah
atau lahan yang sesuai akan mendukung terciptanya suatu konservasi bagi tanah
dan air serta memberikan keuntungan tersendiri bagi manusia.
Sumber : Lesman
TUGAS
MAKALAH
KIMIA ORGANIK
DISUSUN OLEH
Nama : AINY
HELYANA
NIM : 06.58129.02402.08
Jurusan : BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2006 / 2007
I. ETER
Eter dipandang sebagai turunan dari alkana, dimana sebuah atom H diganti
dengan gugus O – R ( Gugus Alkoksi )
A.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
PENAMAAN
Karena dipandang sebagai turunan alkana sehingga
penamaannya adalah sebagai berikut :
- Sebutkan
nomor dari tempat terikatnya gugus alkoksi.
- Sebutkan
nama gugus alkoksinya
- Sebutkan
nama alkana sebagai rantai utama.
Contoh beberapa gugus alkoksi :
* CH3
– O –
* CH3
– CH3 – O –
* CH3
– O – CH3
* CH3
– O – CH2 – CH3 –
* CH3
– O – CH2 – CH2 – CH3
* CH3 – O – CH – CH3
|
Catatan :
a. Jika R = R’ atau n = m, maka disebut eter tunggal.
a. Jika R = R’ atau n = m, maka disebut eter tunggal.
Jika
R ¹ R’ atau n ¹ m, maka disebut eter majemuk.
b. Eter merupakan isomer gugus fungsi dengan
alkohol.
Contoh :
CH3
– CH2 – O – CH2 – CH2 – CH3 CH3 – CH2
CH2 CH2 CH2 – OH
1 – etoksi propana 1 – pentanal
C.
SIFAT – SIFAT ETER
- Suku pertama dan kedua ( metoksi merana
& etorsi etana ) pada suhu kamar berupa gas. Sedangkan suhu lainnya berupa
cairan eter yang dimulai dengan ( C17 H35 )2 O
berupa padatan.
- Berbau sedap dan sukar larut dalam air.
- Sangat mudah terbakar.
- Titik didihnya lebih rendah dibandingkan
dengan alkohol dengan jumlah atom C yang sama. Hal ini disebabkan pada eter
tidak ada ikatan hidrogen, sedangkan pada alkohol pada ikatan hidrogen ( - OH
).
- Tidak dapat bereaksi dengan logam Na dan
PCl2 serta PCl5 (dalam suasana dingin). Sifat ini juga
yang membedakan antara eter dengan alkohol.
D.
REAKSI ETER DENGAN ZAT LAIN
* Dengan HI
1. Dalam
temperatur biasa
Cn
H2n + 1 – O – Cm H2m + 1 + HI → Cn H2n +
1 I + Cm H2m + 1 OH
Contoh
:
CH3
– CH2 – O – CH2 – CH3 + HI → 2CH3 – CH2 I + H2O
2. Dalam suasana panas ( dipanaskan )
Contoh :
CH3
– CH2 – O – CH2 – CH3 + HI → 2CH3 – CH2 I + H2O
E.
PEMBUATAN ETER
1. Sintesa Williamson
Na – alkanoat + alkil halogen → eter + Na – halogen.
CH3
– CH2 – O – Na + CH2 – CH3 → CH3 –
CH2 – O – CH2 – CH3 + H2O
CH3
+ Nax
2. Dehidrasi alkohol dengan H2SO4
pekat pada temperatur 1300 C
2CH3
– CH2 – OH + H2SO4 → CH3 – CH2 – O – CH2 – CH3 + H2O
3. R – x dengan Ag2O → CH3CH2 – O – CH2 - CH3
+ 2 AgCl ↓
F.
SUKU TERPENTING DARI ETER
* Etoksi Etana ( CH3 − CH2 − O − CH2 − CH3 ) atau biasa disebut dietil eter atau
hanya eter saja.
Sifat – sifatnya :
-
Sebagai
obat pembius ( anastetis dalam pembedahan )
-
Digunakan
sebagai pelarut cat, lemak, damar. Biasa digunakan dalam industri.
-
Eter
merupakan zar cair yang mudah menguap dan mudah terbakar. Campuran uap eter
dengan udara mudah meledak.
-
Eter
sangat sedikit larut dalam air.
-
Eter
dibuat dari alkohol dengan H2SO4 (proses dehidrasi).
G.
RESUME
Alkosi Alkana
(Eter)
Keterangan :
1. + asam
sulfat pekat dan dipanaskan.
2. + natrium
alkanokit.
3. + HI
pada temperatur rendah.
4. + HI
dipanaskan.
5. + asam
sulfat pekat.
6. + aqua
pada temperatur rendah.
7. + aqua
dipanaskan.
8. + logam
natrium.
9. + fosfor
Halogen
:
Dialkil oksonium hidrosulfat.
Senyawa
– senyawa ini dinamai dengan dua metode berbeda.
1. Molekul sederhana : Daftarlah gugus alkol menurut bertambah
besarnya ukuran & tambahkan kata eter.
2. Molekul yang lebih rumit : Gunakan metode alkiloksialkana, gugus yang
lebih kecil mendapat akhiran –oksi, seperti gambar :
Untuk mengakses dan mendownload tugas kuliah ini selengkapnya anda
harus berstatus Paid Member
|
0 Responses So Far:
Posting Komentar