Dillenia merupakan tumbuhan tahunan dan termasuk dalam
bagian dari kekayaan plasma nutfah jenis tumbuhan penghasil buah-buahan
Nusantara yang berasal dari keluarga Dilleniaceae. Keluarga dilleniaceae adalah satu dari 5 marga yang masuk dalam puak Dilleniae, anak
suku Dillenioideae. Suku ini `dikenal sebagai tumbuhan tahunan terdiri
dari pohon dan semak selalu hijau
meski terkadang disebut semi selalu hijau karena terdapat
pola adaptasi menggugurkan daunnya secara serentak kemudian memunculkan pucuk
yang tumbuh menggulung secara bersamaan ketika waktu khusus di beberapa jenis. Di Indonesia memiliki
banyak jenis dengan berbagai nama yang khas di beberapa tempat. Di Gorontalo
dekat Suaka Margasatwa Nantu diketahui masyarakat telah dapat membedakan antara
dengilo (Dillenia ochreata (Miq.) Teijsm. &
Binn. Ex Mart.) dan Gosale (Dillenia celebica Hoogland) dari perbedaan perawakannya dimana Dillenia ochreata cenderung
pohon kecil dan sebagai sumber buah ketika berjalan dihutan, sementara Dillenia
celebica Hoogl. merupakan jenis yang dapat tumbuh tinggi yang dikenal
sebagai salah satu sumber bahan papan. Pada masyarakat Makasar telah dikenal
buah Dengen (Dillenia serrata) yang telah sering dimanfaatkan
buahnya untuk minuman dingin. Dijawa masyarakat menyebutnya simpur (sunda)
untuk jenis Dillenia indica Linneaues
di Cagar Alam Leuweung Sancang, Garut, di manado dikenal dengan nama dongi atau dengilo, ada juga yang
menyebutnya bigi, sempur air dan
lain-lain. Marga ini diberi nama mengikuti botaniwan yang berasal dari Jerman,
Johan Jacob Dillenius. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis dari marga
Dillenia yang bisa kita temukan di Indonesia dengan berbagai keunikan yang
dimilikinya.
Dillenia suffruticosa (Griff.) Martelli merupakan tumbuhan dikotil dengan perawakan berupa pohon kecil dengan tajuk bulat
dan rimbun, bentuk daun membulat
telur, pinggiran daun menggerigi,
basal daun tumpul bersatu dengan sayap tangkai daun, terdapat +/- 14 pasang urat daun dengan tipe pertulangan daun menyirip, termasuk daun tunggal, tersusun berpilin. Permukaan
bawah daun gundul. Pucuk daun yang masih terlindungi oleh adanya selaput
bumbung yang membuka menjadi sayap tangkai daun. Tangkai daun bersayap, panjang tangkai 6-7
cm, terdapat daun penumpu dengan
panjang sekitar 1 cm yang muncul terlihat
pada daun bagian atas daun pertama yang telah dewasa.
Bunga tunggal dan
berada pada ujung tandan, atau di ketiak, termasuk bunga lengkap dengan ukuran bunga besar dan
menyolok. Perhiasan bunga dengan mudah dibedakan, berdasarkan
posisi sepal / tepalnya merupakan tipe bunga normal.. Perbungaan terjadi sepanjang waktu. Bunga termasuk
jenis bunga teratur, karangan bunga dalam
tandan 2-7 bunga, dengan perlekatan
antar bagian bunga saling bebas.. Bunga beraturan. Putik berjumlah 6-8 pasang dengan bentuk menyerupai fili. Tpe putik apocarpus
berdasarkan jumlah dan perlekatan daun buah, benang sari panjang
1,5 cm berjumlah tak
terhingga, bersusun mengelilingi
putik, berwarna putih. Mahkota bunga 5 helai, berwarna kuning, panjang +/- 5
cm, lebar +/- 2,3 cm, kelopak berjumlah 5, letak antar kelopak saling terpisah dan bertumpuk dengan
tipe quincuncial, berwarna hijau
dominan, dengan beberapa corak merah di basal bunga, +/- 7 anak bunga. Bunga memiliki ovari superior. Bunga
bermekaran dari bagian yang terdekat dengan tangkai bunga. Bunga jantan dan betina dalam satu individu. Tangkai bunga 14 cm. Karpel
terbuka saat matang, dengan biji berwarna merah dengan jumlah 6-18 biji.
Buah berbentuk bintang. Biji muncul dari dalam 5-8 karpel yang
berasal dari 5 kelopak, bekas putik masih terlihat pada ujung karpel yang
membuka. Panjang karpel +/- 2,5 cm. Karpel
ini membuka saat matang dan menekuk kearah luar sehingga biji-biji yang
terdapat didalam kering arilusnya dan jatuh. Mekanisme ini merupakan bagian
dari tahap bergenerasi. Biji berjumlah 9-12 buah. Diduga selain pemencaran biji dibantu oleh jenis-jenis burung kemungkinan lainnya adalah aliran air
membantu memawa biji ketempat lain,
dimana secara ekologi habitatnya cenderung berada di pinggiran sungai sebagai bagian dari kebutuhan ekologi alaminya.
Gambar 1. Dillenia suffruticosa, a. Sayap daun yang persistent, b. Bentuk daun, c.
habitus, d. karangan bunga, e. Karangan bunga dari belakang, f. mahkota bunga, g.
buah, h. karpel yang terbuka, i. karpel yang menggulung ke arah luar.
Dillenia ovata Wall. ex Hook.f. & Thomson
Dillenia ovata merupakan pohon dengan tinggi berkisar 15 - 30 m,
memiliki banir yang sempit, dengan diameter batang 20-44 cm. Permukaan batang halus,
ketika tua mengelupas dalam kepingan atau seperti kertas, tercatat seringkali mengeluarkan
suara mendesis bila dipotong dan mengeluarkan getah seperti air berwarna merah
agak jambon atau kecokelatan. Mudah bercabang dan terdapat tonjolan-tonjolan lebih
besar dari kepalan tangan pada batang. Percabangan tidak beraturan, dapat
bertunas atau bercabang dari batang utama, dibagian dekat cabang yang dipotong,
bahkan bisa muncul dibatang dekat tanah. Model arsitektur pohon Scarrone,
dengan ciri khusus berupa meristem terminal yang tumbuh secara ortotopik secara
ritmik.
Daun tunggal, membulat telur sampai oval, memiliki
selaput bumbung yang akan menjadi sayap daun dengan panjang 3-5 cm. Tangkai
daun 3-5 cm, panjang daun 15-30 cm, lebar daun 5-20 cm. Ujung daun meruncing,
pinggiran daun bergigi, bagian bawah daun runcing. Permukaan atas daun tidak
berbulu serta permukaan bawahnya. Tiper pertulangan daun menyirip sampai ke
tepi dengan jumlah 10-15 urat daun, kedudukan daun terletak dalam spiral,
dengan jarak antar daun 2-3 cm, dan tiap pertumbuhan daun terdapat gelang –
gelang. Tangkai cabang bertitik-titik pada bagian yang masih dan tidak terlalu
terlihat pada bagian yang sudah cokelat.
Gambar 2. Bagian-bagian vegetative D. Ovata, a. Permukaan batang dengan
benjolan, b. kanopi dillenia, c. anakan, d. Buah tunggal, e. Bagian belakang
daun, f. arsitektur tumbuhan model Scarrone,
Letak bunga terminal, perbungaannya berbeda dengan D. Suffruticosa yang berada dalam tandan
yakni termasuk bunga tunggal Karena pada D. Ovata
pada setiap ujung percabangan muncul hanya satu bunga.. Tangkai bunga 3-4 cm,
diameter bunga 5-6 cm, awal pertumbuhan bunga dalam bentuk kelopak-kelopak yang
saling menutupi, seiring pertumbuhan
membesar, hingga dewasa dan mahkota muncul, jumlah kelopak 5 buah panjang 6-8
cm, berwarna hijau muda kekuningan, Ketika mekar mahkota bunga yang berwarna
putih muncul dari perlindungan masing-masing kelopak sehingga berjumlah 5
dengan panjang 7-8 cm, lebar 3,4 - 4,5 cm berbentuk spatula. Benang sari
berjumlah banyak, dan diduga menyerbuk silang, dikarenakan putik berada di
lebih tinggi dari benang sari. Keadaan benang sari terdapat 2 kelompok, pada
lingkar luar lebih pendek dengan panjang tangkai sari 1 cm berwarna kuning
gading, serbuk sari berwarna merah, dan benang sari pada bagian dalam memiliki
panjang 1,8 cm dengan jumlah benang sari lebih banyak dibandingkan yang panjang
dan masing-masing tidak terhingga. Berdasarkan jumlah dan perlekatan daun buanya disebut sebgai tipe putik apocarpus dimana
terdiri dari dua atau lebih karpel yang saling bebas. Putik berwarna merah
lebih terang dibandingkan benang sari, terletak lebih atas dibandingkan dengan
benang sari dengan panjang 1,5 cm jumlah putik 14-18 buah, ujung benang sari
berbentuk rompang hingga melancip.
D. Ovata merupakan buah tunggal. Pembuahan dimulai
ketika putik terserbuki benang sari. Sehingga buah berasal dari putik
yang terbuahi, saat berkembang, terlihat jelas memuntir, lalu, saat telah matang,
daging-daging buah tadi berada pada sumbu simetris atau lurus. Kelopak berbentuk bintang,
2 diatas, 3 di bawah. Kelopak tidak gugur dan akan bertumbuh lagi menutupi
bakal buah yang terbuahi yakni putiknya. kelopak
saat berbunga memiliki panjang 3-4 cm, lebar 2,5-3 cm, ketika menutupi buah
yang telah matang memiliki panjang 7-9 cm, lebar 7-8,5cm.
Buah yang matang akan jatuh ke tanah dengan kelopak
yang masih tertutupi. Berbeda dengan jenis Dillenia serrata, dimana buah yang
jatuh akan membuka kelopaknya sehingga buah yang kuning merah bata terlihat.
Pada D. Ovata kelopak bunga tetap melekat membungkus buah, sehingga dapat kita
lihat buah membusuk dalam lindungan kelopak. Sama dengan buah Dengen (D.
serrata) disebut buah pungut, kaena buah yang matang berjatuhan dalam keadaan
masih terlindungi kelopak sehingga terjamin bersih. Dari perhitungan 4 pohon
yang berdiameter 25-40 cm didapatkan 50 buah yang jatuh pada tanggal 19-20
desember 2016, yang diduga sebagai masa puncak musim berbuah. Meskipun beberapa
masih ada yang berbunga. Daging buah berwarna hijau transparan panjang 6-8 cm,
lebar 3-4,5 cm, mirip dengan buah jeruk yang bersekat-sekat, ketika
dipisah-pisahkan buahnya menyerupai ginjal atau telinga yang datar dan tipis
dengan putik yang masih melekat. Berbeda dengan kerabatnya, D. serrata yang
akan berwarna kuning kemerahan bila sudah matang dan merekah sendiri kelopaknya
ditanah. Pada jenis D. ovata buah tetap berwarna hijau dan tetap terselimuti
kelopak hingga busuk. Sementara dari rasanya, buah D. ovata masih kalah kecut
dengan buah D. Serrata, sementara
untuk perbandingan kandungannya belum diketahui. Biji terselimuti daging buah
berjumlah 6-9 biji, dan biasanya hanya berkisar 3 biji yang membesar dan
berpotensi untuk tumbuh menjadi bibit. Pada
4 individu pohon dillenia terdapat 9 anakan yang memiliki tinggi 10-40
cm tanpa cabang, sekilas hamper mirip dengan jenis Terentang (Camnosperma sp.) dengan daun yang hamper
mirip dimana yang membedakan adalah adanya ochrea, selaput bumbung atau sayap
pada marga dillenia. Sedikitnya jumlah anakan yang tumbuh jika dibandingkan
dengan jumlah buah yang berjatuhan menimbulkan dugaan sementara bibitnya ada
yang terinjak-injak ketika akan tumbuh. Terlihat hanya beberapa buah dengan
sisa bekas dimakan, kemungkinan dihutan alam lebih banyak yang memanfaatkannya
sebagai pakan.
Gambar 3. Bagian-bagian Generatif Dillenia ovata , a. Buah utuh, b. daging buah, c.
daging buah utuh, d. Putik, e. Mahkota bunga, g. Karangan bunga utuh,. G. Anter
dan susunan kelopak, h. benang sari
Ekologi dan Penyebaran
Dillenia merupakan suatu genus dengan jumlah sekitar 100
jenis, penghuni daerah tropis dan subtropis di Asia Tenggara, Australasia dan
Kepulauan laut India. Di Asia tenggara terdapat sekitar 60 jenis, Filipina
memiliki jumlah jenis terkaya (10-12 yang endemik), diikuti kawasan peninsula
malaysia dan Nugini, lalu Kalimantan, Sumatra dan Thailand. Dillenia indica dan Dillenia pentagyna merupakan jenis yang memiliki sebaran paling
luas (dari India dan Cina selatan sampai Kalimantan untuk jenis Dillenia indica, untuk Dillenia
pentagyna dari Cina selatan dan India sampai Thailand, Jawa Timur,
Kepulauan sunda kecil dan Sulawesi Selatan).
Secara
ekologi dari beberapa jenis yang ditemukan terdapat jenis dengan penyebarannya
lebih sempit, dan terdapat juga yang bersifat luas. Dari habitatnya terdapat Dillenia indica merupakan jenis yang
tumbuh di lahan-lahan hutan sekunder begitu juga dengan Dillenia suffruticosa yang tumbuh di habitat terbuka, terutama
dekat dengan air seprti sungai atau rawa. Dijumpai masih dapat bertahan di
dekat parit hutan Akasia di Hutan Kota Balikpapan. Beberapa jenis juga didapati
sebagai pengisi hutan dataran primer di Gorontalo yakni jenis D. Celebica yang penyebarannya mungkin
dibantu oleh jenis primate Yaki, Dikarenakan potensi dan nilainya yang baik dan
berpotensi untuk dikembangkan untuk berbagai kebutuhan seperti tanaman
pekarangan beberapa marga Dillenia telah mulai didomestikasi dan tersebar ke
jawa seperti di kampus Institut Pertanian Bogor yakni D. Ovata yang dapat tumbuh dengan baik serta telah menghasilkan anakan
yang tumbuh dibawah naungan tumbuhan tersebut. Catatan Backer (1963) dalam
Flora of Java jumlah Marga Dillenia hanya 6 jenis, dan D.Ovata secara alami tumbuh di Asia Tenggara, Sumatera dan Bangka; di
jawa meupakan jenis yang dibudidayakan.
Manfaat & Potensi
Keindahan bunga yang mencolok dan senantiasa mekar
secara bersambungan serta arsitekturnya yang bulat, membuat sebagian masyarakat
menanamnya di pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Contohnya Dillenia sufruticosa. Sebagai sumber
pangan khususnya buah masyarakat telah mengenal Dillenia serrata, yang saya
pernah makan pertama kalinya di tahun 2014 di salah satu taman di perusahaan
tambang di Balikpapan, Kalimantan Timur, yang menjadikan tanaman ini sebagai
tanaman yang hias pengisi taman kehati di perusahaan tersebut. Buahnya berwarna
kuning, dengan ukuran relative besar +/1 10 cm, termasuk kelopak yang
melindungi buahnya. Buahnya berwarna kuning dan berderet rapat itu bisa
dipisahkan dengan tangan secara mudah. Ada yang menyebutnya bigi, ada yang
menyebutnya dungun. Selain dimakan secara langsung, buah bigi ini juga bisa
dibuat jus atau minuman dingin seperti lemon tea. Kandungan asam sitrat
dimanfaatkan masyarakat sebagai penyedap rasa pada makanan, sementara kandungan
vitamin C memberikan inspirasi pada untuk menjadikannya sebagai permen dengan
penambahan gula. Pemuliaan tanaman dengan kemajuan ilmu pengolahan pangan
beserta teknologinya memungkinkan banyak potensi yang digali dikemudian hari.
Bisa dibayangkan jika jenis D. Suffruticosa
yang merupakan pohon kecil memiliki buah seperti D. serrata yang bisa
dikonsumsi dan dibuat minuman dingin sehingga dikemudian hari bisa diolah
seperti jeruk untuk pemanfaatannya.
Saat ini bersamaan dengan susutnya lahan alami, serta gaung
dan publikasi tentang manfaat dillenia sebagai sumber plasma nutfah khususnya
buah-buahan, membuat masyarakat kurang mengenal dengan baik terhadap tumbuhannya.
Sehingga dibutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak dan kampanye yang baik
untuk mengenalkan dillenia sebagai bagian dari keragaman hayati nusantara. Sebagai sumber daya genetik, banyak dari jenis Dillenia
merupakan endemik lokal, khususnya di Filipina dan New Guinea, dan cenderung
berpotensi menggalami erosi genetik bahkan kepunahan. Contohnya adalah Dillenia celebica, kayunya hingga saat
ini secara lokal digunakan di Sulawesi tanpa adanya penanaman tambahan.
Sumber :
Lemmens, R.H.M.J. Lemmens, I. Soerianegeta and W.C. Wong.
1995. PROSEA No 5(2) Minnor Commercial Trees. Bogor Indonesia.
Bacer, CA & R.C. Bakhuizen Van Den Brink. 1963.
Flora of Java. N.V.P. Noordhoff. Groninggen. Netherlands.
Dan catatan pribadi.
0 Responses So Far:
Posting Komentar