(1) Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi,
(2) Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian,
(3) Sederhana, mudah dilaksanakan, dan
(4) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin tentang populasi dengan biaya minimal.
HTTP//SAMBASALIM.COM/POPULASI-DAN-SAMPEL-PENELITIAN
menentukkan sampel dalam penelitian | 0 |
“ Menentukan Sampel Dalam Penelitian “
Rini Maya Sari, Syarifah Aini
Dosen Pembimbing : Drs. H. Tri Harsono, M.Si
Jurusan Pendidikan Biologi B’ 07
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Bagi para peneliti pemula, penentuan sampel penelitian adalah hal yang cukup menyita waktu dan pikiran mereka. Sampel, terutama ukuran sampel (sampel size) menjadi hal yang menakutkan manakala mereka hendak mempresentasikan laporan hasil penelitian, di hadapan tim penguji. Biasanya tim penguji akan menanyakan bagaimana sampel yang dipilih dapat dipertanggungjawabkan, apakah jumlah sampel yang dipilih mampu merepresentasikan populasi.
Kebingungan para peneliti muda biasanya disebabkan karena mereka belum memahami tentang filosofi sampel secara memadai, dan juga belum fixed-nya tujuan penelitian mereka. Biasanya mereka juga masih bingung tentang siapa atau apa populasi penelitian mereka ? Misalnya ketika akan meneliti tentang masalah kemiskinan, mereka masih ada yang berpikir bahwa populasi penelitian mereka adalah seluruh warga di wilayah yang akan mereka kaji (Sihombing,P. 2009)
Peneliti pemula juga biasanya belum memahami apa tujuan penelitian dan bagaimana syarat dan karakter tipe sampel itu masih belum dipahami, sehingga misalnya mereka menggunakan purposive sampel lalu hasilnya mereka menetapkan suatu generalisasi terhadap bidang kaji penelitiannya. Mereka juga biasanya bingung, ketika akan menentukan berapa jumlah sampel pada saat menggunakan purposive sampel,disini terlihat jelas bahwa pemahaman mereka tentang teknik sampel belum lengkap.
Oleh karena hal tersebut, maka makalah ini dibuat untuk lebih memahami makna dan bagaimana cara menentukan sampel itu sendiri. Agar lebih mudah di pahami dan dimengerti oleh para peneliti pemula.
1.3. Rumusan masalah
1. Apakah sampel dalam suatu penelitian itu ?
2. Bagaimana menentukan sampel dalam membuat suatu penelitian ?
3. Ada berapa teknik dalam menentukan sampel ?
1.4. Tujuan
1. Sebagai referensi dasar bagi para peneliti muda untuk melakukan suatu penelitian
2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca dan penulis tentang pentingnya teknik penentuan sampel dalam suatu penelitian.
3. Sebagai pedoman bagi para peneliti dalam melakukan penentuan sampel dalam suatu penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Populasi dan Sampel
Kata populasi (population/universe) dalam statistika merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Sementara sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi. Ukuran populasi ada dua: (1) populasi terhingga (finite population), yaitu ukuran populasi yang berapa pun besarnya tetapi masih bisa dihitung (cauntable). Misalnya populasi pegawai suatu perusahaan; (2) populasi tak terhingga (infinite population), yaitu ukuran populasi yang sudah sedemikian besarnya sehingga sudah tidak bisa dihitung (uncountable). Misalnya populasi tanaman anggrek di dunia.
Jika kita hanya meneliti sebagian dari populasi maka penelititan disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi dari hasil penelititan sampel. Penelitian sampel boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam suatu populasi benar – benar homogen. Apabila subjek populasi tidak homogen, maka kesimpulannya tidak boleh diberlakukan bagi seluruh populasi.
Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel, yaitu :
1. Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya tentu berkurang
2. Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
3. Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (salam arti uang, waktu dan tenaga)
4. Ada kalanya dengan penelitian populasi berarti desktruktif (merusak). Bayangkan kalau kita harus meneliti keampuhan senjata yang dihasilkan oleh pabrik, misalnya granat. Maka sambil meneliti, kita juga menghabiskannya.
5. Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data. Karena subjeknya banyak, petugas pengumpul data menjadi lelah, sehingga pencatatannya bisa menjadi tidak teliti.
6. Ada kalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi.
Misalnya kalau kita ingin mengetahui pendapat pemuda usia 15 tahun tentang PMDK. Oleh karena wilayah Indonesia yang begitu luas tidak mungkin dengan tepat diketahui pendapat mereka pada usia tepat 15 tahun.
Teknik Pengambilan Sampel
Pada saat merumuskan penelitian kita harus mengkaji apakah masalah itu meliputi seluruh anggota yang ada di populasi, sebagian atau sekelompok kecil anggota populasi. Untuk itu diperhatikan :
a. Mewakili ciri – ciri populasi setepat mungkin
b. Jumlah subjek harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi sedemikian rupa
Kriteria Sampel
Kriteria yang harus diperhatikan untuk menentukan tipe sampel yang baik, diantaranya:
Prinsip Menentukan Ukuran Sampel (sample size)
Ukuran sampel bisa ditentukan melalui dua dasar pemikiran, yaitu ditentukan atas dasar pemikiran statistis, dan atau ditentukan atas dasar pemikiran non statistis. Ditinjau dari aspek statistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) bentuk parameter yang menjadi tolak ukur analisis, dalam arti apakah tujuan penelitian ini untuk menaksir rata-rata, persentase, atau menguji kebermaknaan hipotesis, (2) tipe sampling, apakah simple random sampling, stratified random sampling atau yang lainnya. Tipe sampling ini berkaitan dengan penentuan rumus-rumus yang harus dipakai untuk memperoleh ukuran sampel, dan (3) variabilitas variabel yang diteliti (keseragaman variabel yang diteliti), makin tidak seragam atau heterogen variabel yang diteliti, makin besar ukuran sampel minimal. Sedangkan dipandang dari sudut nonstatistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) kendala waktu atau time constraint, (2) biaya, dan (3) ketersediaan satuan sampling.
Dalam Arikunto (2006) adapun cara pengambilan sampel penelitian ini dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Sampel Random atau Sampel Acak, Sampel Campur
Teknik ini dimana pengambilan sampelnya, peneliti mencampur sujek-subjek di dalam populasi sehingga semua dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel,dan peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.
Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:
- Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
- Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data
- Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik. Anggapan ini benar, tapi tidak selalu demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung oleh subjek penelitian dalam populasi. Selanjutnya sifat-sifat atau cir-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas subjek dalam populasi.
Misalnya : kita mempunyai populasi sebanyak 1000 orang dan sampelnya kita tentukan 200 orang. Setelah seluruh subjek diberi nomor 1 sampai dengan 1000, maka sampel random kita lakukan dengan salah satu cara demikian :
a. Undian (untung – untungan)
Pada kertas kecil kita tuliskan nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas. Kemudian kertas ini kita gulung. Dengan tanpa prasangka kita mengambil 200 gulungan kertas, sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel penelitian kita.
b. Ordinal ( tingkatan sama)
Setelah 1000 orang subjek kita beri nomor, kita membuat 5 gulungan kertas dengan nomor 1,2,3,4,5. Kita ambil satu, misalnyasetelah dibuka tertera nomor 3. Oleh karena sampel kita samapi 200padahal populasinya 1000 maka besarnya sampel seperlima dari populasi. Demikianlah maka kita ambil nomor dengan melompat setiap 5 subjek, mulai dari nomor 3, lalu 8, 13, 18, 23 dan seterusnya, dan kalau sudah sampai nomor terbawah padahal belum diperoleh 200 subjek, kita kembali ke atas lagi. Dimana nomor – nomor terambil itulah nomor subjek sampel penelitian kita.
c. Menggunakan Tabel Bilangan Random
Di dalam buku statistik bagian belakang, biasanya terdapat halaman yang memuat angka-angka yang disusun secara acak. Angka – angka tersebut dapat dicari letaknya menurut baris dan kolom. Agar pengambilan sampel terlepas dari perasaan subjektif, maka sebaiknyamenuliskan langkah – langkah yang akan diambil, misalnya :
1. Menjatuhkan ujung pensil, menemukan nomor baris
2. Menjatuhkan ujung pensil kedua, menemukan nomor kolom
Pertemuan antara baris dan kolom inilah nomor subjek ke-1
3. Bergerak dari nomor tersebut 2 langkah ke kanan, menemukan nomor subjek ke-2
4. Bergerak ke bawah 5 langkah menemukan nomor subjek ke-3
5. Bergerak ke kiri 2 langkah menemukan nomor subjek ke-4.
Dan seterusnya sampai diperoleh jumlah subjek yang dikehendaki.
Perlu ditambahkan disini bahwa apabila jumlah subjeknya tidak terlalu banyak, maka semua langkah dapat ditulis. Tapi jika jumlah subjeknya banyak, kita dapat mengulang langkah yang sudah kita lalui.
Pengambilan sampel dengan cara random ini hanya dapat dilakukan jika keadaan populasi memang homogen.
2. Sampel Berstrata atau Stratified Sampling
Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkatan atau strata, maka pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random. Adanya strata tidak boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel. Sampel berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut mempengaruhi variabel.
Misalnya kita akan meneliti kehadiran kuliah mahasiswa. Apabila kesimpulannya diberlakukan untuk semua institusi, maka kita harus mengambil sampel wakil dari semua tingkat.
3. Sampel Wilayah Atau Area Probability Sampling
Adanya sampel wilayah apabila perbedaan ciri antara eilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Sebagai misal, kita akan meneliti keberhasilan KB di seluruh wilayah Indonesia, maka kita mengambil sampel dari 33 provinsi sehingga hasilnya mencerminkan keberhasilan KB seluruh Indonesia.
4. Sampel Proporsi atau Proporsional sampel atau sampel Imbangan
Teknik pengambilan sampel ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Ada kalanya banyaknya subjek yang terdapat pada setiap strata atau eilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah.
Contoh : mahasiswa tingkat I : 500 orang, tingkat II: 200 orang, tingkat III : 200 orang, tingkat IV : 150 orang, tingkat V : 100 orang, maka pengambilan sampelnya untuk tingakt I sebanyak 21/2 kali tingkat II dan 5 kali tingkat V.
5. Sampel Bertujuan atau Porposive Sample
Sampel ini dilakukan dengan cara mngambil subjek bukan didasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya : keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar atau jauh. Tapi ini memiliki syarat-syarat tertentu yaitu :
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
6. Sampel Quota atau Quota Sampel
Teknik sampling ini juga dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan. Dalam mengumpulkan data, peneliti menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal masih dalam populasi). Biasanya yang dihubungi adalah subjek yang mudah ditemui, sehingga mengumpulkan datanya mudah. Yang penting diperhatikan disini adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
7. Sampel Kelompok atau Cluster Sample
Di masyarakat kita jumpai kelompok-kelompok yang bukan merupakan strata atau kelas. Dalam membicarakan sekolahan, kita juga jumpai adanya kelompok sekolah SD, SLTP, SLTA. Kelompok-kelompok tersebut dapat dipandang sebagai tingkatan atau strata. Demikian juga adanya kelas atau tingkat di masing-masing tingkatan sekolah.
Akan tetapi jika kita menghendaki perwakilan dari sekolah negeri, bersubsidi, berbantahan, swasta, sebenarnya lebih tepat kita sebut kelompok atau strata. Demikian pula kelompok pegawai negeri, anggota ABRI, pedagang, petani, nelayan, dan sebagainya. Kita tidak dapat memandangnya sebagai strata tetapi kelompok. Inilah yang disebut cluster. Didalam menentukan jenis cluster atau kelompok harus dipertimbangkan dengan masak – masak apa ciri-ciri yang ada.
8. Sampel Kembar atau Doule sample
Sampel kembar adalah dua buah sampel yang sekaligus diambil oleh peneliti denga tujuan untuk melengkapi jumlah apabila ada data yang tidak masuk dari sampel pertama, atau untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari sampel pertama. Biasanya sampel pertama jumlahnya sangat besar sedangkan sampel kedua yang untuk mengecek, jumlahnya tidak begitu besar.
BAB III
SIMPULAN
1. Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya
2. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi dari hasil penelitian sampel. Penelitian sampel boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam suatu populasi benar – benar homogen
3. Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel
4. Teknik Pengambilan Sampel minimal dapat mewakili ciri – ciri populasi setepat mungkin dan Jumlah subjek harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi sedemikian rupa
5. Ukuran sampel bisa ditentukan melalui dua dasar pemikiran, yaitu ditentukan atas dasar pemikiran statistis, dan atau ditentukan atas dasar pemikiran non statistis
6. Cara pengambilan sampel penelitian yaitu :
· Sampel Random atau Sampel Acak, Sampel Campur
· Sampel Berstrata atau Stratified Sampling
· Sampel Wilayah Atau Area Probability Sampling
· Sampel Proporsi atau Proporsional sampel atau sampel Imbangan
· Sampel Bertujuan atau Porposive Sample
· Sampel Quota atau Quota Sampel
· Sampel Kelompok atau Cluster Sample
· Sampel Kembar atau Doule sample
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Djamarah, S., dan Zain, A., 2002, Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta
Sihombing,P.,dkk, 2009, Metodologi Penelitian, Penerbit FMIPA UNIMED, Medan
0 Responses So Far:
Posting Komentar