IDENTIFIKASI TANAMAN FAMILI EMPON-EMPONAN
( ZINGIBERACEAE) DI HUTAN PENDIDIKAN TATANGGE TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI
Proposal Penelitian
Oleh:
GUFRIN
F1 D1 07 015
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (pasal 1 butir 14 UU No. 5 Tahun 1990).Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. (Pasal 1 butir 13 UU No. 5 Tahun 1990).Begitu juga dengan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai yang terletak di Sulawesi tenggara.
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) mempunyai topografi datar bergelombang sampai berbukit. Dataran rendah sampai bergelombang ringan di bagian Selatan dan bagian Utara bergelombang berat sampai kemiringan lereng berkisar antara 30-40 º dengan puncak tertinggi Gunung Watumohai sekitar 549 meter diatas permukaan laut. TNRAW mempunyai iklim tropis dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 1.500 - 2.000 mm pertahun dengan suhu udara antara 20- 33ºC.TNRAW merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air tawar di Sulawesi Tenggara. Keanekaragaman tumbuhan di dalam kawasan ini sangat besar yaitu setidaknya tercatat 89 famili, 257 genus dan 323 spesies tumbuhan, yang sebagian besar dari tumbuhannya adalah tumbuhan yang hidup di daerah tropis dan subtropis.
Tumbuhan menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah semua janis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat maupun hidup di air. Sedangkan tumbuhan liar adalah jenis-jenis tumbuhan yang hidup di alam bebas atau dipelihara dan masih memiliki kemurnian jenisnya. Semua kehidupan di muka bumi ini pada dasarnya sangat bergantung pada tumbuhan. Tumbuhan memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan sebagai sumber pangan dan juga sebagai obat-obatan.
Tanaman famili Zingiberaceae merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini merupakan tanaman herba berbatang semu, berdaun lebar dengan pelepah daun yang membungkus batang, namun beberapa spesies diantaranya ada yang mencapai tinggi hingga 8 meter. Semua kelompok dari tanaman ini memiliki batang yang berasal dari rizom yang tumbuh horisontal di bawah tanah yang memiliki akar dan daun. dengan bunga yang beruma satu. Zingiberaceae merupakan tanaman yang dalam proses pengidentifikasin oleh para ahli botani dunia. Tanaman ini ternyata memiliki zat kimia yang berkhasiat tinggi. Beberapa kandungan yang sudah populer dimasyarakat adalah minyak atsiri. Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis memiliki kekayaan yang sangat besar terhadap kelompok tanaman Zingiberaceae ini. Dengan keberadaan zat obat inilahmaka diadakan pengidentifikasian semua kelompok tanaman ini untuk mengetahui kandungan lain yang ada di dalamnya.
Darai data penelitian yang masih terus dikembangkan oleh para ahli botani, tanaman yang termasuk dalam famili Zingeber banyak dimanfaatkan oleh para masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sebagain dari mereka ada yang menggunakanbya sebagai bumbuh masak, sayur, obat dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata semua kelompok yang termasuk dalam kelompok empon-emponan terbebas dari zat racun yang berbahaya bagi tubuh, bahkan untuk beberapa genus pada umbinya memiliki kandungan pati yang cukup besar.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli, baik dalam negeri maupun mancanegara, tanaman yang termasuk dalam famili Zingiberaceae memiliki efek farmatologis yang berkhasiat sebagai obat dan mampu memperkuat khasiat obat lain yang dicampurkannya. Sala-satu jenis jahe yang sudah diteliti dan sudah dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya jahe merah (Zingiber officinale Rosc.), bahkan jahe ini sudah dimanfaatkan sebagai obat, karena memiliki kandungan minyak atsiri dan oleoresin.
TNRAW merupakan kawasan hutan hujan tropis dan yang memiliki kelembaban yang cukup tinggi. Taman Nasional ini memiliki keanekaragan tumbuhan yang cukup besar. Sala-satu jenis tanaman yang penting untuk diketahui dalam kawasan ini adalah tanaman empon-emponan (Zingiberaceae) dimana dalam dua kali kunjungan yang saya lakukan di Tamana Nasional Rawa Aopa watumohai khususnya di Hutan Pendidikan Tatangga, belum ada satupun kelompok tanaman ini yang sudah diberi nama. Berdasarkan beberapa alasan itulah maka proposal penelitian ini saya ajukan untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang ingin ditelah dalam penelitian identifikasi famili Zingiberaceae ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Jenis-jenis Zingiberaceae apa saja yang dapat ditemukan di Hutan Pendidikan Tatangge, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai?
2. Bagaimana karakteristik morfologi dari setiap jenis Zingiberaceae yang ada di Hutan Pendidikan Tatangge, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui jenis dan karakteristik tanaman Zingiberaceae yang ada di Hutan Pendidikan Tatangge, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peneliti dalammengungkapkan buah pemikiran yang diperoleh melalui penelitian lapangan dengan ide-ide tertulis layaknya sebuah karya ilmiah.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan berkaitan dengan sifat dan ciri morfologi tanaman Zingiberaceae.
3. Memberikan informasi kepada para peneliti selanjutnya khususnya yangberkaitan dengan penelitian ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lokasi Penelitian
Kawasan hutan Rawa Aopa Watumohai ditetapkan sebagai kawasan taman nasional berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. 756/kpts-II tanggal 17 Desember 1990 dengan 105.194 Ha, dengan nama Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW). Sebelumnya kawasan taman nasional merupakan penggabungan dari Taman Buru Daratan Rumbia (tahun 1985) dan Suaka Margasatwa Rawa Aopa Gunung Watumohai tahun 1985 (Gustia, 2002: 1).
Secara geografis TNRAW terletak antara 4°22’-4º39’ LS dan 121° 44’ -122º44 BT. Sedangkan secara administratif pemerintahan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terletak di Propinsi Sulawasi Tenggara yang berbatasan dengan lahan budidaya masyarakat di 68 desa dan 9 kecamatan (Kecamatan Tinanggea, kecamatan Benua, kecamatan Ladongi, kecamatan Lambandia, kecamatan Tanggetada, dan kecamatan Rarowatu). Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan tirawuta (Kabupaten Kolaka) dan kecamatan Lambuya (Kabupaten Konawe). Sebelah selatan berbatasan dengan dengan Kecamatan Tinanggea (Kabupaten Konawe Selatan) dan Kecamatan Ladongi (Kabupaten Kolaka), dan Kecamatan Rarowatu (Kabupaten Bombana), dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lambuya dan Puruala (Kabupaten Konawe); Kecamatan Angata, Kecamatan Benua, Kecamatan tinanggea (Kabupaten Konawe Selatan) (Anonim, 2005).
Hutan Pendidikan Tatangge merupakan kawasan dari Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, yang dicanangkan khusus sebagai sarana lokasi praktik pendidikan, baik untuk siswa, mahasiswa, peneliti, dan masyarakat umum. Hal ini sesui dengan program kerja Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai yang tercantum dalam RPTNRAW tahun 1997-2022, dan disahkan olah direktur jendral perlindungan hutan dan pelestarian alam (sekarang PHKA) pada tahun 1997.
Secara administratif, Hutan Pendidikan Tatangge terletak di desa Lanowulu Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan. Sedangkan berdasarkan tanggung jawab pengolahannya berada dalam Resort Lanowulu, seksi konservasi wilaya II, TNRAW, dengan luas seluruhnya kurang lebih 200 Ha. Sebagai sarana pendidikan, Hutan Pendidikan Tatangge memiliki fasilitas-fasilitas untuk memudahkan setiap orang untuk belajar. Beberapa fasilitas tersebut diantaranya wisma tamu(guest house), visitor centre, interpreter, guide, jalan setapak, (jembatan dan jalan trail), papan petunjuk, tempat-tempat peristirahatan,camping ground, dan rumah pohon.
B. Klasifikasi Zingiberaceae
Herba menahun, dengan akar rimpang, batang tegak, daun kerap kali jelas 2 baris, dengan pelepah yang memeluk Zingiberaceae batang dan lidah diantara batas pelepah dan helaian daun. Bunga zygomorph, berkelamin 2, kelopak berbentuk tabung, dengan ujung yang bertaju, kerap kali berbelah serupa pelepah. Daun mahkota 3, pada pangkalnya melekat. Benang sari sempurna 1; penghubung sari kerap kali lebar, ruang sari 2. Staminodia hampir selalu3; salah satu (bibirnya) berhadapan benang sari, selalu serupa daun mahkota; yang dua lainnya lebih kecil. Bakal buah tenggelam, beruang 3 atau 1. Kalau demikian dengan 3 papan biji yang menempel dinding. Tangkai putik sangat langsing, dengan ujung terjepit diantara kedua ruang sari, Kepala sari melebar, buah kotak kebanyakan berkatuk 3, kadang-kadang tidak pecah (Surjowinoto,1997).
Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam famili temu-temuan (Zingiberaceae) dan satu famili dengan temu-temuan lainnya, yaitu temulawak (Curcuma xanthorrbiza Roxb.), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), dan lengkuas (Lenguas galaga). Di sepanjang daerah tropis dan subtropis, famili Zingiberaceae terdiri atas 47 genera dan 1.400 spesies. Genus Zingiber melliputi 80 spesies yang salah satunya adalah jenis jahe yang paling penting dan memiliki banyak manfaat. NamaZingiber berasal dari bahasa Sansekerta “Singaberi”. Kata “ Singaberi” dalam bahasa Sansekerta itu berasal dari bahasa Arab “Zanzibil” atau bahasa yunani “Zingiberi”. Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe termasuk divisi Pteridophyta, subdivisi Angiosperma, kelas Mono-cotyledoneae, ordo scitaminiae, famili Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Tim Lantera, 2002).
Famili jahe-jahean (Zingiberaceae) memiliki anggota lebih dari 1.200 spesies yang hampir seluruhnya tumbuh dihutan-hutan tropis, terutama Asia tenggara. Di Borneo sendiri memiliki jahe lebih dari 200 spesies. Jumlah belum diketahui secara pasti dan masih belum dipublikasikan dan banyak dibutuhkan sampai pada tingkat obat generik. Genus Costus memiliki beberapa karakter yang berbeda dan ditempat ini dimasukan dalam famili tersendiri. Taman Nasional Gunung Malu merupakan daerah dengan kawasan hutan yang masih cukup luas dan kaya akan semua jenis tumbuhan begitu juga dengan jahe-jahean ( Poulsen, 2006).
C. Asal Usul dan Penyebarannya
Sampai saat ini belum diketahui asal usul jahe secara pasti, namun diperkirakan berasal dari India. Hal ini berdasarkan informasi bahwa jahe telah digunakan sebagai tanaman rempah dan obat sejak bertahun-tahun silam di India dan Cina. Di India, jahe sangat memasyarakat, sehingga tanaman ini memiliki banyak sebutan, seperti adu, ale, dan ada. Di Cina, jahe sudah ada pada masa kehidupan Confucius (sekitar tahun 551-479 SM), seorang filosof Cina. Hal ini didasarkan pada buku catatan filosof tersebut yang sering menyatakan bahwa jika makan dia selalu menggunakan jahe.
Sebagian orang berpendapat bahwa jahe berasal dari Malaysia, yang dikenal sebagai penghasil tanaman rempah. Di Eropa, jahe dikenal sebagai tanaman rempah pertama yang di peroleh dari pedagang-pedagang Arab. Para pedagang Arab tersebut membawanya dari India. Tanaman jahe di Eropa telah dikenal sejak zaman Dioscorides dan Pliny pada abad ke-1 SM.
Di Indonesia, jahe memang belum di tanam secara meluas. Meskipun demikian, tanaman ini banyak ditemukan di daerah Rejang Lebong (Bengkulu), Kuningan, Bogor (Jawa Barat), Magelang (Jawa Tengah), Yogyakarta, dan beberapa daerah di Jawa Timur. Jahe bisa hidup ditanah dengan ketinggian 200-600 meter di atas permukaan Laut dan curah hujan rata-rata 2500-4000 mm /tahun. Pada umumya, dikawasan itu jahe hanya ditanam di pekarangan, di sekitar rumah, atau di tanah tegalan.pemanfaatannya pun masih terbatas untuk konsumsi rumah tangga.
Disetiap negara, jahe mempunyai nama yang berbeda-beda. Diantaranya di Malaysia disebut halia; Filipina: luya, allam; India: adu, ale, ada; Arab: sanyabil; Cina: Chiang p’i, khan ciang, kiang, sheng chiang; Belanda: gember; Inggris: ginger; dan di Prancis: gingembre, herbe augiingembre. Keanekaragaman nama tanaman jahe ini menunjukan bahwa penyebaran jahe telah meluas diberbagai belahan dunia. Hal ini berarti bahwa telah banyak orang yang mengetahui dan menggunakan jahe sejak zaman dahulu (Tim Lentera, 2002).
D. Taksonomi Zingiberaceae
Menurut Rifai (1976) taksonomi tumbuhan adalah ilmu tentang teori-teori klasifikasi, pencirian dan identifikasi serta penamaan. Kegiatan taksonomi mencakup dasar-dasar pencirian, tata cara pengenalan dan hukum penamaan, serta asas-asas pengaturan tumbuhan dalam golongan atau kesatuan kelasnya. Sifat-sifat yang dipakai sebagai bukti taksonomi dalam determinasi, mencerminkan dan menggolongkan jenis-jenis tumbuhan dapat berasal dari seluruh bagian dan dari semua fase serta proses pertumbuhan tumbuhan itu.
Menurut Radford (1986) dan Tjitrosoepomo (1993) melalui kegiatan identifikasi berarti menetapkan identitas suatu tumbuhan, dalam hal ini menentukan nama yang sah atau valid dalam sistem klasifikasi. Nama yang sah atau valid tersebut harus diterbitkan secara efektif yakni disertai pertelaan atau diagnosis dalam bahasa latin atau mengacu pada diagnosis takson yang telah terbit dan telah sesuai dengan KITT.
Klasifikasi atau penggolongan tumbuhan dalam tingkatan takson atau kesatuan taksonomi adalah forma, varietas, spesies, genus, familia,ordo, classis, divisio, dan regnum. Penentuan tingkatan takson tergantung besar kesamaan sifat dan ciri yang dimiliki komponen-komponen di bawahnya (Rifai, 1976).
Menurut Rifai (1976: 4) dan Tjitrosoepomo (1993: 73) identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan salah satu metode berikut ini:
1. Identifikasi dengan menggunakan ingatan
2. Menanyakan identifikasi tumbuhan kepada orang lain yang dianggap ahli untuk kelompok tumbuhan tersebut.
3. Identifikasi dengan membandingkan secara langsung dengan spesimen acuan yang memiliki atiket bertuliskan namaya.
4. Mencocokkan dengan candra atau gambar-gambar yang ada dalam pustaka.
5. Menggunakan kunci identifikasi atau kunci determinasi
6. Identifikasi dengan komputer yang telah di program untuk menyimpan, mengolah dan memberikan keterangan-keterangan tumbuhan yang dimaksudkan.
Dalam biologi penggolongan atau klasifikasi tumbuhan itu berarti proses pengaturan tumbuhan dalam tingkat-tingkat kesatuan kelasnya yang sesuai secara ideal. Ini dicapai dengan menyatukan golongan-golongan yang sama dan memisahkan golongan-golongan yang berbeda. Hasil proses pengaturan ini ialah suatu sistem klasifikasi, yang sengaja diciptakan untuk menyatakan hubungan kekerabatan jenis-jenis tumbuhan satu sama lainnya. Pemakaian dengan pengertian istilah klasifikasi dalam praktek sehari-hari biasanya bersimpang siur dan seringkali dipakai baik untuk proses pengaturannya maupun untuk sistem yang dihasilkan.
Setiap individu tumbuhan itu sekaligus dianggap termasuk dalam sejumlah takson (kesatuan taksonomi) yang jenjang tingkatnya berurutan. Dengan demikian setiap kesatuan terbagi atas kesatuan-kesatuan berikutnya yang lebih rendah tingkatnya dan seterusnya.
Penentuan tingkat takson itu bergantung kepada besarnya derajad kesamaan sifat dan ciri-ciri yang dimiliki komponen-komponen dibawahnya, jadi bila ciri-ciri tertentu terlihat pada golongan tumbuhan yang besar jumlahnya, maka golongan tadi dapat diberi tingkat takson yang tinggi. Biasanya dalam golongan yang besar tadi dapat dilihat kelompok-kelompok lebih kecil yang berbeda satu sama lain berdasarkan kelainan ciri-ciri yang lebih kecil derajadnya. Kelompok-kelompok ini dapat diberi tingkat takson yang lebih rendah tingkatnya, dan demikian seterusnya secara berturut-turut (Pudjoarinto, 1998).
E. Morflogi Zingiberaceae
1. Batang
Zingiberaceae merupakan terna perenial dengan rimpang yang kadang-kadang berbentuk seperti umbi yang biasanya mengandung minyak menguap hingga berbabau aromatik. Batang di atas tanah biasanya sangat pendek dan mendungkung bunga-bunga saja. Pada batang biasanya memiliki rizoma yang dapat tumbuh menjalar di bawah tanah. Pada rizoma tumbuh akar-akar yang dapat mendung pertumbuhan tanaman, rizoma ini juga dapat berfungsi sabagai alat perkebang biakan (Gembong, 2002). Menurut Gembong (2005) Zingiberaceae adalah terna berumur panjang, mempunyai rizoma yang membengkak seperti umbi dengan akar-akar yang tebal dan seringkali mempunyai ruang-ruang yang mempunyai minyak atsiri. Tanaman ini berdasarkan sifat batangnya termasuk tanaman berbatang semu karena batang yang sebenarnya sangat pendek di atas tanah. Pada batang yang sangat pendek ini ditumbuhi olah batang semu yang sangat lunak dan berair, walaupun demikian kelompok tanaman empon-emponan ini ada yang mencapai tinggi hingga 8 meter ditas tanah (Poulsen, 2006)
2. Daun
Daun tersusun sebagai roset akar atau berseling pada batang, bangun lanset atau jorong, bertulang menyirip atau sejajar. Tangkai daun beralih menjadi pelepah yang membelah kadang-kadang mempunyai lidah-lidah. Pelepah daun saling membalut dengan eratnya, sehingga kadang-kadang merupkan batang semu (Gembong, 2005). Menurut Gembong (2002) suku Zingiberaceae berdaun tunggal mempunyai sel-sel minyak menguap, tersusun dalam dua baris. Kadang-kadang jelas mempunyai 3 bagian yang berupa helaia, tangkai, dan upih. Selain itu juga lidah-lidah pada batas antara helai daun dengan upih. Beberapa dari spesis Zingiberaceae ada yang memiliki bulu pada tangkainya dan bahkan pada helai daunya. Rambut yang demikian sangat khas sehingga sering digunakan dalam kegiatan pengelompokan. Pertulangannya juga selain sejajar dan menyirip ada yang melengkung. Antara helai daun dan upih sering ditemukan ligula, mulai yang berukuran panjang sampai yang berukuran kecil sampai kadang-kadang tidak ada (Ke, 2000).
3. Bunga
Semua bunga pada kelompok Zingiberaceae memiliki umur yang sangat pendek. Bunga-bunya sangat spesifik dan biasanya bisksual. Kalix membntuk pipa yang terdiri dari 3 helaian. Korola biasanya berbentuk seperti pipa juga yang terdiri dari 3 cuping, satu biasanya berukuran besar dan melindungi serta menutupi stamen. Pada jehe-jehean bisanya hanya memiliki kepala putik yang fertil. Sebenarnya memiliki lebih dari satu kepala putik namun kepala putik yang lain mengalami reduksi sehingga hanya merupakan putik tambahan pada bagian tepi. Kadang-kadang memiliki dua struktur yang lain di bagian samping yang disebut staminous, yang kadang-kadang berbentuk seperti daun mahkota dan helaian kalix. Benang sari ada yang banyak dan ada yang sedikit filamen di bagian atas dari kepala putik, yang mana memiliki banyak bentuk variasi. Bakal biji di bagian dalam, dengan kelenjar yang mengahasilkan madu untuk membatu penyerbukan. Penghubung antara kepala putik dan bakal biji, setelah serbuk sari berada di atas kepala putik, maka akan terbentuk tiga cela yang berukuran agak besar yang mana akan tumbuh rambut yang akan tumbuk kearah bakal biji dan sel sperma akan masuk melewati slit ini untuk membuahi sel telur. Bunga dari kelompok tanaman ini kebanyakan adalam bunga majemuk yang. Bunga ini bisanya tumbuh dari atas, bawah, dan ada yang tmbuh dari batang semu, atau perbungaan aksilar (Poulsen, 2006). Menurut Gembong (2002) bunga terpisah-pisah tersusun dalam bunga majemuk tungal atau berganda, kebanyakan banci, zigomorf, atau asimetrik. Hiasan bunga dapat dibedakan dalam kelopak dengan 3 daun kelopak dan mahkota yang terdiri atas 3 daun mahkota yang berletakan pada bagian bawahnya membentuk suatu buluh, dengan bentuk dan warna yang kadang-kadang cukup atraktif. Benang sari 1dengan 3-5 benang sari mandul yang kadang-kadang bersifat seperti daun mahkota. Bakal buah tenggelam, beruang 3, jarang 2 dengan tembuni di ketiak, atau beruang 1 dengan tembuni pada dinding atau pada dasarnya. Tangkai puti di ujung, tidak terbagi, bebas atau terdapat dalam suatu alur pada benang sari yang fertil, ada kalanya berbibir atau bergigi 2.
4. Buah
Buah biasanya kering dan besar dan kadang-kadang membentuk 3 ruang. Buahnya memiliki variasi warna yang menarik, berambut atau berduri. Biji-biji biasanya coklat atau hitam yang terbungkus oleh arilus yang berwarna putih, orange, merah terang untuk menarik hewan untuk menyebarkan bijinya (Poulsen,2006). Menurut Ke (2000) buah Zingiberaceae biasanya menyerupai suatu kapsul yang gemuk seperti buah beri yang dengan beberapa biji atau banyak yang memiliki arilus. Menurut Gembong (2002) buahnya buah kendaga yang berkatup 3 atau berdaging tidak membuka. Biji bulat atau berusuk, mempunyai salut biji, endosperm banyak.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juni 2010, bertempat di hutan Pendidikan Tatangge, Taman Nasional Rawa Aopa Watumoai Sulawesi Tenggara.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam pengidentifikasian tanaman Zingiberaceae di hutan pendidikan Tatangge Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel I. Alat Penelitian dan fungsinya
No
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1.
.2.
3.
4.
5
6.
7.
8.
|
Kamera digital
Meteran kain
Mistar kecil
Alat tulis menulis
Buku determinasi
Gunting tanaman
Karung plastik
Pisau kecil
|
Sebagai alat untuk mendokumentasi tanaman penelitian
Untuk mengukur batang, daun yang berukuran panjang
Untuk mengukur bagian-bagian tanaman yang berukuran kecil seperti bagian bunga
Untuk mencatat jenis-jenis Zingiberaceae dan deskripsi singkatnya
Untuk dijadikan panduan/acuan dalam mengidentifikasi
Untuk memotong-motong bagian tanaman sampel yang akan dijadikan dokumentasi dalam bentuk spesimen basah dan kering.
Untuk menyimpan sampel tanaman yang akan dibawa pulang di laboratorium untuk dijadikan bukti herbarium
Untuk memotong bagian bunga yang berukuran kecil
|
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis tanaman famili Zingiberaceae di hutan Pendidikan Tatangge Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota tanaman famili Zingiberaceae yang hidup liar dalam kawasan hutan Pendidikan Tatangge Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota famili tanaman Zingiberaceaeyang hidup di alam liar dan memenuhi syarat untuk mewakili setiap kelompok inidividu kelompoknya dalam kawasan hutan Pendidikan Tatangge Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
D. Indikator Penelitian
Indikator yang digunakan dalam pengidentifikasin anggota famili Zingiberaceae pada penelitian ini adalah semua sifat dan ciri morfologi yang dimiliki oleh pangkal batang, organ batang, daun, bunga, meliputi warna dan ukuran pangkal batang, bentuk, ukuran dan warna batang, bentuk dan ukuran ligula, warna, bentuk dan ukuran daun, bentuk perbungaan, warna dan komponen bunga, jumlah, bentuk dan ukuran buah.
E. Definisi Operasional
1. Zingiberaceae adalah semua kelompok tumbuhan yang termasuk dalam kategori tanaman jahe-jahean.
2. Identifikasi adalah penunjukan, penentuan, atau pemastian nama yang benar dan penempatannya dalam sistem klasifikasi.
F. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian identifikasi famili tanaman Zingiberaceae di hutan Pendidikan Tatangge Taman Nasinal Rawa Aopa Watumohai sebagai berikut:
1. Melakukan survei awal di lokasi penelitian untuk mengetahui gambaran umum tentang keberadaan tanaman yang akan diidentifikasi di kawasan hutan Pendidikan Tatangge.
2. Melakukan pengurusan izin untuk melakukan penelitian dikawasan konservasi.
3. Melakukan penjelajahan kedalam hutan untuk mencari tanaman yang termasuk dalam anggota famili Zingiberaceae, mengambil sampel tanamannya seperti pangkal batang, batang, daun, bunga dan buah. Untuk tujuan identifikasi di laboratorium, dan dokumentasi dalam bentuk spesimen basah dan spesimen kering.
4. Melakukan pendeskripsian singkat guna mengetahui ciri dan sifat yang dimiliki oleh setiap individu tanaman yang sifatnya mudah berubah bila sudah dalam bentuk awetan.
5. Melakukan pengidentifikasian secara lengkap dengan bantuan Kunci determinasi tanaman atau dengan meminta bantuan ahli taksonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Surjowinoto. M, 1997, Flora of Java, Pradnya Paramita, Jakarta.
Rifai, M. A., 1976. Sendi-Sendi Botani Sistematika. Lembaga Biologi Nasional LIPI.
Bogor.
Tjitrosoepomo, G., 1993. Taksonomi Umum (Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Radford, A. E., 1986. Fundamental Of Plant Systematic. Harper and Row, Publisher, Inc. New York.
Poulsen, A. D., 2006. Gingers Of Sarawak. Natural History Publications (Borneo). Kinabalu.
Tim Lentera., 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Pudjoarinto, A., Susarsi S., dan Sri S., 1998. Taksonomi Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Setiawan, A., 2005. Sistem Kawasan Konservasi di Indonesia. www.iptek.net.
Gustian., 2002. Rancangan Hutan Pendidikan Lingkungan dan Wisata Alam TNRAW. Sulawesi Tenggara. Kendari.
Hendarman, D., dan Mustari T., 2005. Panduan Lapangan Melalui Hutan Pendidikan Tatangge Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Balai Tanaman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Kendari.
0 Responses So Far:
Posting Komentar