Apa yang dipelajari dalam ekologi hewan ?
Terminologi dan ruang lingkup,ecosystem,hewan dan lingkungannya,respon, adaptasi dan perilaku, habitat dan relung (karakteristik habitat, penggunaan habitat baik secara vertikal, horizontal,temporal, feeding ground)
Istilah-istilah yang digunakan dalam ekologi hewan
Ilmu : Kajian secara sistematis yang dapat dibuktikan secara empiris melalui metode ilmiah.
Interaksi : Hubungan timbal balik makhluk hidup dan lingkungannya yang dibuktikan dengan
adanya efek terhadap salah satu atau lebih.
Lingkungan : Daerah sekitar yang mempengaruhi kehidupan organisme/segala sesuatu yang ada
diluar organisme.
Ekosistem : Suatu tatanan yang didalamnya terdapat kajian mengenai interaksi / hubungan timbalik
balik antara komponen biotik dan baiotik sehingga terjadi keteraturan kehidupan.
Dalam ekologi hewan kita akan mempelajari bagaimana ketergantungan/interaksi antara faktor biotik(organisme) dan abiotik(lingkungannya, biotik dengan biotik,hewan dengan lingkungannya, beserta perilakunya dimasa lalu, saat ini dan masa yang akan datang.
Kajian Ekologi hewan :
A. Pada tingkat Populasi, satu jenis hewan / ekologi populasi atau biasa dikenal dengan autoecology,
dimana lebih menitik beratkan pada ragam perilaku, pertumbuhan, struktur, pengaturan dan
dinamika serta perkembangan populasi.
B. Pada tingkat Komunitas atau dikenal dengan Synekology, dimana kajiannya lebih menitik
beratkan pada distribusi hewan diberbagai habitat, pengenalan dan komposisi jenis hewan sebagai
suatu unit komunitas serta perkembangan dan suksesinya.
C. Pada tingkat ekosistem kita dapat melihat adanya aliran energi
contoh : Berapa proporsi energi yang tersiman dalam tanaman digunakan oleh herbivora.
Berapa proporsi energi yang tersimpan di herbivora yang digunakan oleh karnivora.
KOMPONEN BIOTIK DAN ABIOTIK
A. KOMPONEN ABIOTIK
a. Temperatur : kisaran rendah-tinggi;migrasi, hibernasi
b. Radiasi ; sinar;photoperiodisistas ; reproduksi diapause pada serangga,pembiakkan lebih dini pada
ikan trout, pada primata color vision
c. Air
d. Kelembapan
e. Udara/gas-gas atmosfer
f. Unsur hara/garam-garam biogenik ; mineral
g. Tanah
h. Api
i. Katastropi : letusan gunung api/banjir dll
j. Microenvironment
B. KOMPONEN BIOTIK
Hewan, tumbuhan dan mikroorganisme
POPULASI
Populasi merupakan kelompok organisme-organisme dari spesies yang sama(atau kelompok-kelompok lain dimana individu-individu dapat bertukar informasi genetiknya) yang menempati uang dan tempat serta pada waktu tertentu, memiliki berbagai sifat yang merupakan milik unik dari kelompok itu (Odum, 1971)
Sifat-sifat populasi
a. kerapatan/kepadatan,besarnya populai dalam satuan ruang/luas.
Dibagi menjadi kerapatan kotor(crude density) dimana jumlah per satuan luas seluruhnya dan kerapatan habitat, dimana jumalh satuan individu/satuan lua habitat yang didiaminya.
b. natalitas (laju kelahiran/birth rate),
c. mortalitas(laju kematian),individu yang mati dalam kurun waktu tertentu
d. penyebaran umur,terdiri dari infant, juvenile dan sub adult. Kelas umur pada binatang dapat dilihat dari lingkaran tahun gigi, sisik ikan, cangkang moluska dan otolith, atau ukuran tubuh/proporsi.
f. potensi biotik,
g. dispersi, individu meninggalkan populasi dan bergabung dengan kelompok lain.
h. dan bentuk pertumbuhan / perkembangan
Studi dinamika populasi ialah demografi, 4 cara menentukan suatu populasi berubah (bertambah/berkurang) : BIDE
B+I=D+E ialah stabil.
SOSIOBIOLOGI
1. Keuntungan hidup berkelompok : leih bisa mempertahankan diri
2. Kerugian hidup berkelompok : kompetisi makanan, daerah jelajah jauh lebih besar.
Kasta dalam hewan biasa terjadi pada kelompok semut,lebah dan primata.
PERILAKU DAN EVOLUSI
Respon perubahan terhadap lingkungan
Lingkungan bervariasi dalam ruang dan waktu.Organisme memiliki berbagai jenis tanggapan terhadap perubahan lingkungan.
1. Behavioral/tanggapan/tindakan yang melibatkan binatang yang diperlukan untuk menghadapi perubahan
dalam lingkungannya.Contoh : Reptil mencari matahari pagi & mencari naungan di malam hari.
2. Tanggapan fisiologi melibatkan perubahan dalam keadaan internal suatu organisme, tanggapan fisiologi
memakan waktu lebih lama dibandingakan dengan tanggapan perilaku.Contoh : Keringat.
Regulasi menjaga kondisi internal yang relatif konstan ketika lingkungan berubah. Misalnya :hewan
berdarah panas mempertahankan suhu tubuh agar konstan.Respon meliputi
Respon pengaturan
Respon Penyesuaian
Respon Perkembangan
Syarat stimulus dapat direspon, apabila reseptor mempunyai 3 syarat utama :
1. Sensitivitas : Meliputi intensitas dan kualitas stimulus
a. Intensitas stimulus merupakan kualitas atau nilai yang dimiliki oleh suatu stimulus, yang dapat
menyebabkan reseptor mampu memberikan respons.Contoh : Intensitas suara yang mampu
merangsang reseptor.(5000-7000 Hz untuk ikan).
b. Kualitas stimulus, menyangkut masalah warna atau kimia. rangsang hormon perkawinan hanya bisa
oleh hewan tertentu pula.
2. Lokalisasi, kemampuan menentukan sumber stimuli, baik menyangkut arah atau jarak.
Contoh : Kemampuan penglihatan lebih berkemban pada burung
3. Diskriminasi : Kemampuan alat indra dalam membedakan macam-macam rangsang.
Contoh : Mata dapat membedakan gradasi warna.
Jenis-jenis respon
1. Respon reversibel
a. Regulatory respons : berlangsungnya repons melalui proses-proses fisiologi dan terjadi sangat cepat.
Contoh : Bentuk pupil mata (memipih, bila sangat kuat cahaya yg masuk). Menggigil, bila sangat dingin,
Berkeringat, bila sangat panas.
b. Aclamatory response : repons melalui mekanisme proses-poses fisiologi yang melandasinya melibatkan
terjadinya perubahan-perubahan struktur dan morfologi hewan.
Contoh : Proliferasi dan peningkatan jumlah eritrosit penguningan, Pigmentasi = peningkatan panas
terik.
2. Ireversible Respons
Respons melibatkan banyak macamnya yang menghasilkan perkembangan beraneka macam struktur tumbuh, bersifat permanen dan terjadi terutama ontogeni.
Contoh : Jumlah mata faset pada lalat drosophila pada suhu tinggi., Anak cacat. jenis kelamin kura-kura karena perbedaan suhu.
3. Aklimatisasi dan Adaptasia. Aklimatisasi prosesnya terjadi dalam periode ontogeni hewan bersifat reversibel dan tidak diturunkan.
b. Adaptasi, melibatkan penurunan akibat seleksi alami, bersifat herediter.
Adaptasi fisiologis (ikan air asin akan berbeda dengan ikan air tawar.
Adaptasi morfologi
Adaptasi perilaku
DISTRIBUSI DAN POPULASI
Cara Memperluas Distribusi
Organisme atau kumpulan organisme
tersebar di permukaan bumi sesuai dengan kemampuan pergerakannya atau kondisi
lingkungan seperti adanya pengaruh luas kawasan (luas pulau), ketinggian
tempat, dan letak geografis. Penyebaran organisme dari suatu wilayah ke wilayah
lain dapat dilakukan melalui salah satu di antara tiga jalan,yaitu (Whitten dkk, 1987) :
1. Lorong (koridor)
: jalan yang memberikan peluang yang sama kepada semua jenis untuk pindah
melalui koridor.
2. Tapisan : Jalan
yang hanya meliputi beberapa habitat, sehingga mencegah jenis-jenis tertentu
untuk pindah, karena habitatnya yang tidak sesuai .
3. Jalan Undian :
Jalan perpindahan yang melalui lautan. misalnya perpindahan organisme dari
satui pulau ke pulau lainnya dengan cara mengikuti benda-benda yang terapung di
atas lautan .
Pola penyebaran satwa liar dapat
berbentuk : acak, berkelompok, dan sistematik . pola penyebaran ini merupakan
strategi individu ataupun kelompok organisme untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Rusa (Cervus timorensis, C.
Unicolor) cenderung membentuk pola penyebaran acak. Sedang banteng (Bos javanicus) pada saat merumput di
padang rumput membentuk pola penyebaran berkelompok. Burung-burung pinguin raja
di Antartika di wilayah bersarangnya menunjukkan pola penyebaran sistematik
(Perrins dan Birkhead, 1983). Jenis-jenis Ergetta
di hutan bakau Pulau Rambut, di
wilayah tempat tidur dan bersarangnya cenderung membentuk pola penyebaran
sistematik sesuai dengan keadaan penyebaran pohon-pohon yang juga teratur.
PENGARUH
LUAS PULAU
Pengaruh ukuran luas pulau terhadap
jumlah jenis dapat dipelajari dari ilmu biogeografi. Biogeografi adalah ilmu
yang mempelajari penyebaran dan ekologi jenis berdasarkan ilmu bumi, sedang
zoogeografi ialah biogeografi tentang hewan. Salah satu teori biogeografi pulau
yang dikembangkan oleh Mac Arthur dan Wilson (1967) dikenal sebagai teori keseimbangan. Menurut teori
biogeografi pulau, jumlah jenis yang di tampung oleh sebuah pulau akan
ditentukan oleh titik keseimbangkan antara laju kepunahan lokal dan laju
migrasi. Laju kepunahan lokal merupakan pencerminan dari faktor luas pulau dan mutu habitat. Untuk pulau-pulau yang
mutunya sama, hubungan antara luas dan jumlah jenis bersifat logaritmis, yaitu
pulau yang luasnya sepuluh kali lipat akan enampung dua kali lebih banyak
jenis. Sedang laju kepunahan jenis dapat dikaitkan dengan tingkat keterpencilan
pulau, yaitu ditinjau dari jaraknya terhadap pulau-pulau lainnya yang lebih
besar atau dari daratan utamanya yang menjadi sumber asal jenis-jenis pendatang
(Pielou,1979; Williamson, 1981).
Pengaruh luas pulau terhadap derajat
kelimpahan jenis endemik lokal juga sangat nyata. Pada umumnya pulau-pulau yang
lebih besar mempunyai daftar jenis endemik (jenis yang tidak ditemui ditempat
lain) jauh lebih banyak daripada pulau-pulau kecil. Dengan catatan bahwa
tingkat endemisme sangat tergantung pada letak keterpencilan pulau. Pulau-pulau
kecil yang letaknya terpencil, mempunyai tingkat endemisme yang tinggi untuk burung, tetapi
tingkat endemisme untuk tumbuhannya rendah. Sesuai dengan kondisi biogeografisnya,
Pulau Kalimantan mempunyai jenis-jenis satwa liar endemik yang lebih tinggi
daripada pulau Sumatera. Akan tetapi, walaupun luasnya kurang dari Pulau
Kalimantan, Pulau Sulawesi memiliki jumlah jenis endemik yang lebih banyak.
Kemungkinan besar perbedaan ini disebabkan karena Pulau Sulawesi dipisahkan
dari Subwilayah Sunda oleh garis Wallace.
KETINGGIAN
TEMPAT (ALTITUDE)
Penurunan jumlah jenis ini berjalan lebih
lambat pada pegunungan yang luas, disebabkan dua hal :
1. Adanya
pengaruh luas pulau, dimana kondisi pegunungan sama halnya seperti pada kondisi
habitat suatu pulau, yaitu jumlah jenis berubah logaritmik dengan luas pulau
(habitat).
2. Pembagian
zonasi menurut ketinggian tidak hanya disebabkan oleh ketinggian semata-mata
tetapi juga oleh adanya kenaikan liputan awan, serta berkurangnya cahaya dan
suhu. Peubah-peubah ini memegang peranaan pada tempat-tempat yang lebih tinggi.
LETAK
GEOGRAFIS
Letak geografi pulau dapat menentukan pula
jenis penghuninya. Kepulauan Indonesia berada di antara dua wilayah geografis
utama, yaitu wilayah Oriental dan Australia. Keadaan ini untuk pertama kalinya
diketahui A.R.Wallace, yang kemudian mengusulkan garis pembagian sistem
kehidupan ynag ditarik di sebelah timur Filipina, melalui selat Makassar dan di
antara Bali dan lombok. Garis ini disebut Garis Wallace, yang menghalangi
penyebaran hewan; terutama yang sepenuhnya hewan daratan dan sepenuhnya air
tawar ke timur.
WILAYAH
GEOGRAFIS FAUNA
Wilayah Oriental
Traub (1972) menyatakan bahwa padang
pasir Rajasthan di India bagian barat
merupakan pembatasan sebelah barat dari wilayah oriental, meskipun dalam zaman
sebelumnya ketika vegetasi lebih berkesinambungan, pembatasan ini ditarik di
lembah Indus dari Pakistan. Wilayah Oriental
sulit didefinisikan dari segi fauna, karena tidak ada famili, jenis atau
spesies yang dijumpai di seluruh wilayah dan tidak diketemukan di luarnya. Lyon
(1913) menyarankan bahwa Tupaidae adalah
lebih baik dari famili lainnya untuk mendefinisikan fauna khas Wilayah
Oriental.
Wilayah Paleartik
Wilayah Paleartik antara lain Thailand. Beberapa
spesies thailand yang tersebar luas di Paleartik, diketemukan di semua wilayah
geografis. Jenis-jenis yang tersebar luas mencakup celurut bergigi putih Eropa
biasa, kalong berkumis, tikus rumah, tikus atap, dan babi hutan. Tikus mondok
timur diketemukan di semua wilayah kecuali bagian barat Asia. Bagian selatan
wilayah Cina yang beriklim sedang merupakan batas bagian utara bagi banyak
spesies Oriental yang sedang menyebar ke arah utara. Contoh satu-satunya
primata Thailand yang mencapai wilayah Paleartik adalah monyet rhesus, yang
menembus wilayah Cina Selatan yang beriklim sedang .
Beberapa dari jenis Paleartik meluas ke
arah utara melalui wilayah Cina Selatan ke Cina Utara, termasuk harimau (yang
menyebar jauh ke utara, ke Siberia, meskipun kini banyak yang punah di wilayah
tersebut), macan tutul (ke utara sampai di wilayah Amur dari Uni Soviet),
cerpelai babi (ke utara sejauh 160 km sebelah timur laut Peking), cerpelai
bertenggorokan kuning (ke utara sampai Padang Pasir Gobi), anjing liar (menurut
sejarah, ke utara sejauh Hopeh, kini mungkin punah di bagian utara dari wilayah
penyebarannya di Cina, Amur, dan wilayah-wilayah Ussuri dari bagian timur
Siberia), landak Himalaya (ke utara sejauh Shensi) dan tikus berperut putih (ke
utara sejauh Liaoning) (Lekagul dan McNeely, 1977).
Wilayah Etiopia
Wilayah Etiopia meliputi Afrika dan Arab
Selatan, mempunyai hubungan yang berlangsung sejak lama dengan Asia Tenggara,
karena keduanya memiliki hutan tropis dan subtropis, yang telah dihubungkan
dengan habitat berhutan selama zaman Miosen (Napier, 1970). Akibatnya ada
beberapa kelompok penting mamalia yang dibagi oleh kedua wilayah namun tidak
dijumpai di tempat lainnya, mencakup kera-keran besar, gajah, badak, kancil,
loris, monyet, dan trenggiling.
Wilayah Australia
Wilayah Australia dicirikan oleh fauna
yang sangat berbeda dari mamalia primitif bertelur (monotremata) yang tidak
dijumpai di tempat lain di dunia, dan mamalia berkantung(marsupialia) yang
hanya dijumpai di Australia dan di
Amerika Selatan.Fauna mamalia berplasenta dari wilayah Australia dapat
dibedakan dengan jelas, namun miskin akan spesies:satu-satunya famili asli
diwikili oleh muridae (tikus) dan Chiropterae (kelelawar). Nampaknya tidak
ada mamalia berplasenta lain yang pernah masuk ke daerah ini. Keadaan ini
menyebabkan wilayah Australia sangat berbeda dari wilayah-wilayah fauna
lainnya.
1.
Spesiasi Alopatrik
Merupakan
spesiasi melalui isolasi geografik, misalnya melalui fragmentasi habitat dan
migrasi. Seleksi
di bawah kondisi demikian dapat menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada
penampilan dan perilaku organism,Karena seleksi dan hanyutan bekerja secara
bebas pada populasi yang terisolasi, pemisahan pada akhirnya akan menghasilkan
organisme yang tidak akan dapat berkawin campur.
Spesiasi
alopatrik terjadi karena adanya penghalang fisik seperti sungai, gunung, letak
geografis dan sebagainya. Penghalang ini memisahkan sebuah populasi dari
populasi induknya, yang berarti memotong aliran gen antar kedua pupulasi
tersebut. Setelah terisolasi mereka membentuk sejumlah
perbedaan genetik, termasuk penghalang reproduksi yang membedakannya dari
populasi induknya. Contoh dari spesiasi alopatrik ini adalah hasil
evolusi dari populasi burung kutilang (finches) di
Kepulauan Galapagos yang terpisah dari populasi induknya di Benua Amerika
bagian selatan.
2.
Spesiasi Simpatrik
Merupakan
spesiasi tanpa isolasi geografik, Mekanisme ini cukup langka karena hanya dengan
aliran gen yang sedikit akan menghilangkan perbedaan genetika antara satu
bagian populasi dengan bagian populasi lainnya. Secara umum, spesiasi simpatrik
pada hewan memerlukan evolusi perbedaan genetika dan perkawinan tak-acak,
mengijinkan isolasi reproduksi berkembang. Salah satu jenis spesiasi simpatrik melibatkan perkawinan
silang dua spesies yang berkerabat, menghasilkan spesies hibrid. Hal ini
tidaklah umum terjadi pada hewan karena hewan hibrid bisanya mandul.
Sebaliknya, perkawinan silang umumnya terjadi pada tanaman, karena tanaman
sering menggandakan jumlah kromosomnya, membentuk poliploid. Ini mengijinkan kromosom dari tiap spesies tetua membentuk
pasangan yang sepadan selama meiosis. Salah satu
contoh kejadian spesiasi ini adalah ketika tanaman Arabidopsis thaliana dan Arabidopsis
arenosa berkawin silang, menghasilkan spesies baru Arabidopsis
suecica.
Habitat merupakan alamat dimana ia tinggal/dapat dijumpai., / status fungsional suatu organisme didalam komunitasnya.pertama kali digunakan pada abad ke-18 pada flora dan fauna untuk menyatakan tempat tumbuh alaminya atau keberadaan suatu spesies.
Habitat merupakan suatu wilayah/kawasan yang merupakan tempat yang menjamin, makanan, melakukan suau pererakan, berlindung dan bereproduki / mengasuh anak-anaknya
Relung/niche adalah profesinya, menunjukkan tempat yang diduduki oleh seluruh komunitasnya., dimana ia bekerja, dimana ia makan, apa minatnya, pembantunya, perannya, posisi trofik, gradien suhu, kelembapan.
Relung terbagi menjadi 3 jenis ,yakni :
a. Reling habitat/ekologi :
b. Relung Trofik : merupakan status fungsinal suatu organisme dalam komunitasnya, yan menekankan pada
hubungan energi.
c. Relung multidimensi
Home range and Teritori
Isolasi dapat terjadi dikarenakan
1. persaingan terhadap sumber daya yang terbatas.
2. Antagonisme
Home range / daerah jelajah / ruang pengembaraan adalah daerah yang digunakan oleh satu kelompo untuk makan, bergerak, ereproduksi dan berlingung selama hidupnya, umumnya selama 2 musim / periode waktu tertentu.(misal selama waktu penelitian).
Biasanya home range dari jenis yang berbeda akan berbeda pula dan biasanya home range ini tumpang tindih dengan kelompok lain.
Teritory ialah ruang pengembaraan yang dipertahankan secara aktif dari kelompok lain yang sejenis.
Oleh karenanya hewan terbagi menjadi yang memiliki teritorial dan non teritorial. hewan yang memiliki daerah teritori iala hanuman langur, colobus, siamang, la gibon, dan ring tailed lemur. sementara yang tidak memiliki teritori ialah gorila, patas, rhesus macaque, orang utan, simpansi.
Daerah teritori pada priimta ialah permanen misalnya pada famili monogami.
Sementara pada burung terbagi menjadi
a. seluruh daerah untuk makan, perkawinan, dan reproduksi
b. Daerah perkawinan dan sarang
c. Daerah perkawinan saja
d. Sarang saja
e. Daerah bukan untuk bereproduksi
Teritorial conflict : Intertroop conflict
Keberadaan kelompok satwa dinyatakan dengan nyanyian/vocalisasi,fighting,
Core area merupakan daerah yang paling lama/banyak digunakan oleh binatang, secara kuantitatif bila binatang tersebut mengunakan 50-70 % selama observasi, berisi sleeping, feeding tree/tempat minum.
Daya Dukung
Terdiri dari :
1. Daya dukung ekonomi ;
a. tingkat kepadatan panen maksimum
b. tingkat kepadatan yang dampaknya minimum terhadap satwa liar maupun habitat minimum.
2. daya dukung ekologi :
a. tingkat kepadatan susisten
b. tingkat kepadatan toleran
c. tingkat kepadatan aman
a. Tingkat kepadatan permanen maksimum
> Data dasar yang digunakan untuk tujuan permanenan hail yang maksimum ;
1. Menetapkan jumlah satwa liar yang maksimum dapat dipanen setiap tahun
2. memelihara populasi agar tidak mencapai jumlah yang maksimum
> Alternatif penetapan dengan pendekatan :
1. Memantau kecenderungan kondisi habitat dan populasi, khususnya keadaan reproduksi
2. Model populasi estimasi
b. tingkat kepadatan yang berdampak minimum
> tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan tindakan-tindakan :
1. Mengurangi populasi satwa pemangsa sampai batas kepadatan yang dampaknya minimum.
2. mengurani populasi jenis satwa yang menang dalam sistem persaingan
3. mengurani jumlah populasi herbivora sampai pada suatu keadaan yang tidak merusak vegetasi dan
habitatnya.
AKTIVITAS HARIAN
1. Behavioral ekology :
2. Studi utama : bagaimana mendapatkan makanan, menghindari pemangsaan dan reproduksi
Aplikasi
a. Pengelolan satwa liar
b. Pelestarian hutan dan status
c. Pengendalian hama
d. Epidemiologi
e. Pertenakan
f. Penangkaran
Daftar Pustaka
http://nurulbiologi.blogspot.com/2011/11/allopatrik-dan-simpatrik-spesies.html
0 Responses So Far:
Posting Komentar